Hidayatullah.com–Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menggelar aksi solidaritas global mengecam kekejaman rezim Rusia terhadap muslim Tatarstan, Kamis (13/02/2014) siang di depan Kedubes Rusia Jl HR Rasuna Said Kuningan.
Juru Bicara HTI Ismail Yusanto mengatakan, pemerintah Rusia telah bertindak sewenang-wenang dengan menudingkan bahwa pelaku pengeboman di wilayah Tatarstan dilakukan oleh Hizbut Tahrir (HT).
“Setelah itu terjadilah penangkapan, penggeledahan, dan penyitaan, terhadap aktivis HT. Hari ini kami melakukan protes bersama untuk menolak dengan keras tudingan itu,” kata Ismail Yusanto saat berbincang dengan Hidayatullah.com, Kamis (13/02/2014).
HTI menolak tudingan sepihak pemerintah Rusia tersebut karena Hizbut Tahrir, kata Ismail, di mana pun sesuai dengan prinsipnya tidak pernah melakukan kekerasan dalam menyampaikan dakwah, termasuk juga di Rusia.
“Jadi tudingan itu jelas tudingan yang tidak benar. Karena kita menuntut supaya anggota HT Rusia yang ditangkap segera dilepaskan,” imbuh Ismail.
HTI, kata Ismail, pun sangat menyayangkan aksi pengrusakan fasilitas umum di wilayah Tartastan itu. Pihaknya pun tak mau mengarahkan telunjuk ke pihak-pihak tertentu soal peristiwa itu. Kendati demikian ia mengakui, di Rusia sesungguhnya banyak oposan yang ingin memberangus gerakan-gerakan Islam.
“Kita lebih percaya ini operasi intelijen yang kemudian ditimpakan kepada pihak lain yang ingin diberangus. Pemerintah Rusia sudah acapkali melakukan hal seperti itu,” ungkapnya.
Seperti diketahui, sepanjang bulan Januari 2014, otoritas keamanan wilayah Tatarstan, Rusia, persisnya di kota-kota Kazan, Neftekhimik, Elapog, Nizhny Chelny, Olmatvsk, Nurlat, Chistobl dan Oznakayv, melakukan penangkapan terhadap sejumlah orang dari umat Islam di sana, disertai penggeledahan, penculikan, dan penyiksaan.
Hal serupa juga terjadi di wilayah lain di Rusia. Saat ini, kata Ismail, di penjara kota Neftekhimik dan Chistobl ada puluhan orang Islam yang ditahan sejak November 2013 lalu. Mereka disiksa dengan aliran listrik. Tulang belakang, tulang rusuk dan tulang kaki sebagian mereka hancur. Bahkan, kemaluan salah satu dari mereka dibakar.
Penangkapan itu dilakukan menyusul terjadinya protes atas terjadinya pengeboman stasiun kereta di kota Volgagrad. Pemerintah setempat langsung menuduh Hizbut Tahrir di balik pengeboman itu.
Situs rt.rbc.ru menyebutkan Menteri Dalam Negeri di Tatarstan A. Jukhurin menyatakan, “Kita dan rekan-rekan kita di intelijen Russia wajib mengerahkan upaya maksimal kita untuk memberikan hukuman kepada pelaku pengeboman ini dan mereka adalah Hizbut Tahrir, di mana tidak seorang pun dari mereka bisa luput dari hukuman.”
Dalam pernyataan resminya, HTI menyebutkan apa yang terjadi saat ini adalah bahwa pemerintah Rusia tengah ketakutan akan kemungkinan tegaknya daulah Islam, karena hal itu bakal membangkitkan kaum muslimin di Rusia. Oleh karena itu, pemerintah Rusia kemudian meningkatkan tekanan terhadap kaum Muslimin di sana. Termasuk bersekutu dengan Barat dalam mempengaruhi Konferensi Internasional Jenewa 2 guna mencari solusi bagi problem Suriah.
“Padahal sesungguhnya konferensi tak lain hanyalah merupakan upaya untuk menghentikan perjuangan umat Islam di sana bagi tegaknya daulah Khilafah,” kata pernyataan yang ditandatangani Ismail Yusanto.
Berkenaan dengan hal itu, Hizbut Tahrir Indonesia melakukan aksi di Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, dan menuntut pembebasan anggota Hizbut Tahrir (HT) Rusia yang ditangkap dan membersihkan mereka dari segala tuduhan keji.
Tudingan bahwa Hizbut Tahrir Rusia terlibat dalam pengeboman atau yang mereka sebut terorisme adalah dusta yang sangat nyata. Semua orang tahu bahwa Hizbut Tahrir di manapun, termasuk di Rusia, sama sekali tidak pernah menggunakan kekerasan dalam perjuangan bagi tegaknya kembali kehidupan Islam di bawah naungan daulah Khilafah ar-Rasyidah. Oleh karena itu, tidak ada perlunya buat anggota Hizbut Tahrir di manapun untuk melakukan pengeboman, apalagi terhadap fasilitas umum seperti stasiun kereta api.
HTI juga menyerukan kepada seluruh umat Islam, khususnya di wilayah Rusia, untuk berpegang teguh pada tali agama Allah SWT, terikat dengan kuat kepada manhajnya, meneriakkan kebenaran, dan dengan lantang tanpa takut menentang rezim dzalim dan jahat, serta berjuang dengan sungguh-sungguh dan ikhlas untuk menegakkan al-Khilafah ar-Rasyidah.
“Sesungguhnya Daulah Islamiyah al-Khilafah akan melenyapkan belenggu-belenggu perbudakan dari setiap manusia, mengembalikan kehormatan, serta akan memerintah dengan standar keadilan dan perlakuan yang sama tanpa diskriminasi ras dan agama,” demikian seruan itu.*