Hidayatullah.com–Sebanyak 72 % masyarakat Muslim Indonesia menginginkan syariat Islam sebagai sistem negara. Demikian survey terbaru dari SEM Institute tahun 2014.
Menurut Direktur SEM Institute, Arifin Yunus. Survey ini tidak hanya dilakukan di Jabodetabek, tapi juga hingga ke daerah mayoritas non Muslim seperti Papua.
“Kami melibatkan semua elemen masyarakat dalam survey kami, Dan 72 persen diantaranya yakin solusi masalah Indonesia hanya dengan tegaknya syariat Islam,” jelas Dr Kustman Shodiq salah satu peneliti SEM Institute dalam konferensi pers SEM Institute di Kantor DPP Hizbut Tahrir Indonesia, Crown Palace Jakarta. Jakarta, Rabu (19/02/2014) kemarin.
Selain mayoritas masyarakat setuju dengan penerapan syariah Islam diberbagai aspek kehidupan. Dalam survey lainnya 81 persen umat Islam setuju konsep khilafah dan 68 persen umat yakin bahwa khilafah mampu menyatukan umat Islam sedunia.
Apakah potensi ini berpengaruh pada pemenangan Pemilu bagi partai Islam di tahun 2014? Temuan mengatakan, masyarakat yang percaya syariat Islam belum tentu ada kaitannya dengan partai Islam.
“Masyarakat yang yakin pada syariat Islam belum tentu yakin pada partai Islam,” jelas peneliti SEM yang keberadaannya di bawah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ini.
Menurut Shodiq lagi, dalam jumlah 72 persen itu ada tiga tipe masyarakat. Pertama yang tetap ikut memilih karena dia kader partai Islam. Kedua yang ikut memilih karena ikut-ikutan.
“Yang terbesar yang ketiga, yaitu tidak memilih karena tidak percaya partai Islam serius memperjuangkan syariat Islam,” tambahnya.
Saat ini menurut Shodiq. Masyarakat sedang diterpa krisis kepercayaan yang serius terhadapa partai dan pemerintah.
Ada 89% masyarakat percaya DPR adalah lembaga paling korup Dan pembohong. 90,6 % masyarakat tidak percaya satupun parpol politik.
“Ini belum termasuk survey KPK bahwa selama 4 tahun terakhir korupsi tertinggi berasal dari anggota DPR,” jelasnya.
Fakta-fakta tersebut menurut Shodiq sangat mempengaruhi sikap masyarakat terhadap Pemilu 2014.
Hadir dalam konferensi pers tersebut, Dr Kusman Shadik, Arif Yunus (Direktur SEM Institute) dan Ismail Yusanto (Jubir HTI).*