Hidayatullah.com — Sebanyak 32 ormas Islam wanita yang tergabung dalam federasi Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) menyatakan keprihatinan terhadap semakin massifnya peneybaran konten pornografi. Mereka mendesak pemerintah untuk aktif memberantas peredarannya.
“Pemerintah harus proaktif untuk memberantas pornografi dan pornoaksi baik di media cetak maupun elektronik serta situs internet, yang memicu maraknya kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual,” desak Presidium BMOIWI Dra. Sabriati Aziz, M.Pd.I kepada media ini, Sabtu (24/05/2014).
Jika tidak segera dicegah dan diputus mata rantainya, Sabriati menilai peredaran konten asusila kini bisa memapar siapa saja bahkan anak-anak usia dini.
“Konten porno dengan mudah tersebar di media sosial seperti Facebook, yang bisa diakses oleh semua umur karena tidak adanya pengamanan terhadap pengguna dari segi usia,” kata Sabriati prihatin.
Atas keprihatinannya itu, pihaknya mendesak pemerintah untuk menertibkan izin usaha warnet, dengan memberikan perhatian penuh agar warnet tidak dijadikan sebagai media untuk mengakses materi pornografi dengan memperhatikan tata desain ruangan.
“Tempat nongkrong anak-anak sekarang lebih banyak di warnet. Maka warnet seharusnya menjadi media edukasi efektif untuk mereka salah satunya dengan memblokir semua akses dari konten asusila,” tandasnya.
Sebelumnyaa Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring mengatakan kementeriannya telah memblokir lebih dari satu juta situs porno.
Tifatul mengaku tidak mungkin menghilangkan situs-situs porno itu. Pasalnya, di kawasan Asia Tenggara, hanya Indonesia yang memblokir situs porno itu.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dia juga menyatakan dampak buruk pornografi internet merusak lima sel otak yang mempengaruhi perkembangan dan kreatifitas generasi muda sehingga perlu ditekankan pentingnya internet positif dan aman terutama bagi pelajar atau generasi muda.
“Pornografi merusak lima sel otak, sementara narkoba merusak tiga sel otak,” kata Tifatul. Tifatul mengharapkan guru dan orangtua membentengi dan membekali anak-anak dengan keimanan.*