Hidayatullah.com–Heboh spanduk kontroversial bertuliskan “Tuhan Membusuk” dalam kegiatan Orientasi Akademik dan Cinta Almamater (OSCAAR) Senat Mahasiswa (SEMA) Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) masih mengundang berbagai reaksi masyarakat.
Peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations Dr Adian Husaini menilai, kasus spanduk ‘Tuhan Membusuk” bukan hal sederhana. Menurutnya, ini akibat dari kekeliruan adab dan ilmu.
“Kasus spanduk “Tuhan Membusuk” di UIN Surabaya, sepertinya karena keliru ilmu dan adab,” ujarnya dalam akun twitternya @husainiadian.
Sementara itu, Sekretaris Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Jawa Timur Bahrul Ulum mengatakan kasus ini bukan hal sepele dan tak bisa dianggap karena masalah anak-anak semata. Sebab nampak ada kekeliruan mendasar dalam berpikir. [baca wawancara lengkap:Dekan Ushuluddin UIN Sunan Ampel: “Namanya Anak-anak belum Dewasa”]
Menurutnya, menyematkan istilah-istilah buruk untuk Allah hukumnya haram. Ia mengutip Surat An-Nahl:60 tentang sifat-sifat Allah yang menunjukkan makna yang paling indah dan sempurna.
“Jika mereka mengaku hal itu hanya ungkapan atau istilah yang bersifat majaz, berarti mereka tidak paham kapan istilah atau kalimat itu digunakan, “ ujarnya.
Ia mengutip Imam Al-Qurthuby yang menjelaskan bahwa hak sebuah kalimat adalah dipahami sebagai hakikat hingga umat sepakat bahwa yang dimaksud adalah majaz.
Sedang kata ‘membusuk” sudah jelas menunjukkan makna hakekat yang sudah dipahami oleh semua orang, yang maksudnya jelas itu buruk. Menurutnya, bahkan anak-anak TK sudah paham.
“Apakah seperti itu kualitas mahasiswa Ushuluddin yang sesunggguhnya? Bukankan hal ini sudah dijelaskan oleh para ulama?” ujarnya.*