Hidayatullah.com- Badan Pelaksana Mentoring (BPM) Jama’ah Masjid Manarul ‘Ilmi (JMMI) Institut Tehnologi Surabaya mengadakan Grand Launching Mentoring “Sekolah Mentor I” di ruang utama Masjid Manarul Ilmi kampus ITS Surabaya, Ahad (15/09/2014) kemarin.
Acara itu menghadirkan tiga narasumber sekaligus, yaitu: M Zubairi (Da’i Ikadi Jawa Timur) fokus membahas masalah tentang “Syahadatain”, Redza Kusuma (Da’i muda) membahas soal ghazwul fikr (perang pemikiran) dan Akhmad Arqom (Direktur TRUSTCO) membahas tentang “Ghiroh Mentoring”.
“Syahadatain itu merupakan perintah Allah, pintu gerbang masuk Islam, intisari Islam, dakwah para Nabi dan Basic of Change,” kata Zubairi kepada peserta.
Zubair menjelaskan jika seseorang sudah “illah” maka ia akan cinta, ridho maupun shibghoh. Dan jika seorang benar-benar telah bersyahadat lalu bersungguh-sungguh menjalankan Syahadat itu seperti Umar bin Khatab. Maka orang yang dulu memusuhi Islam bisa berbalik menjadi pembela Islam.
Selain itu, Redza sebagai pembicara kedua menjelaskan ghazwul fikr telah ada sejak Perang Salib belum dimulai sekitar tahun 1090. Semua sistem di Dunia ini telah diatur oleh Yahudi mulai dari perang, ekonomi, hiburan, pemerintahan dan lain-lain. Sistem pembayaran dulu yang menggunakan emas sebagai alat pembayaran sah oleh umat Islam sekarang diganti dengan kertas yang tidak berharga dengan berbagai macam nilai yang tak sepadan.
“Tujuan ghazwul fikr ialah menghancurkan fikrah (pola pikir manusia), merusak akhlak, melarutkan kepribadian, menumbangkan akidah dan memberi loyalitas kepada orang kafir,” imbuh Redza.
Kemudian sambung Arqom, menjelaskan tentang ghiroh mentoring yaitu bagaimana caranya mengkombinasikan era globalisasi budaya, era digital dengan kegiatan mentoring agar tidak bosan. Era digital dapat merubah pola pikir, sikap, perilaku, budaya hidup.
“Jika kita membantu urusan sesama Muslim maka Allah akan memudahkan urusan kita. Ingat jaminan dan janji Allah dalam Q.S Muhammad ayat 7 tentang ikhlas dalam menolong,” tegasnya.
Salah satu peserta, Hafid Dwi Nurjannah mengatakan acaranya begitu menarik dan bagus. Tetapi sayang, dirinya tidak bisa mengikuti sampai selesai karena harus menyambut wisuda di Jurusan serta mengantar teman dari LDK Mojokerto.
“Saya sangat senang bisa mengikuti acara seperti tadi, karena menambah bekal untuk mempersiakan diri bagaimana kelak mengisi mentoring yang menarik dan bisa memberi inspirasi,” kata anggota Komisi C FSLDK ITS (bagian keMuslimahan.red) kepada hidayatullah.com, Ahad (14/09/2014) kemarin.*/Achmad Fazeri