Hidayatullah.com–Nuruddin Zanki dan Shalahuddin Al Ayyubi atau bahkan Muhammad Al Fatih, sejak kecil dekat dengan majelis ilmu. Ketiganya juga memiliki pengetahuan luas tentang Islam dan bagaimana menjadikan ajaran-Nya energi terbesar dalam jihad di medan perang.
Pada zaman sekarang, bukan mustahil melahirkan generasi seperti mereka berdua. Kaum perempuan punya peran besar dalam mendidik generasi seperti Shalahuddin.
Sayangnya, justru banyak perempuan memilih menjadi wanita karier. Padahal, pilihan tersebut tidak sesuai fitrahnya sebagai pendidik keluarga.
“Isu wanita karier sebenarnya membunuh peran domestik kaum muslimah. Karena ibu yang bekerja akan melahirkan anak-anak yang lemah dalam perjuangan Islam,” demikian disampaikan Tiar Anwar Bachtiar, Kandidat Doktor Sejarah Universitas Indonesia, dalam bedah buku “Shalahuddin Al Ayyubi dan Perang Salib III: Perjuangan Shalahuddin Al Ayyubi dan Relevansinya Saat ini” di di AQL Islamic Center, Jakarta, Sabtu (20/09/2014) lalu.
“Isu kesetaraan gender memaksa ibu harus keluar dari rumahnya, mengurusi berbagai urusan yang mungkin sifatnya sunnah atau justru mubah, ketimbang mendidik anak-anaknya yang sifatnya wajib. Ini merupakan faktor kegagalan,”tukas Peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSIST) itu.
Generasi emas Islam seperti Nuruddin Zanki, Shalahuddin Al Ayyubi atau Sultan Muhammad Al Fatih tumbuh dalam gemblengan ulama sejak usia kanak-kanak mereka.
Tapi, Tiar mengingatkan, fase tersebut merupakan fase kedua setelah anak-anak itu terdidik oleh ibunya yang hebat.
Menariknya, saat ini, banyak orangtua hanya menyerahkan semuanya pada lembaga pesantren sebelum semuanya disiapkan dari rumah.
“Kalau di rumahnya bagus, datang ke pesantren makin bagus. Tapi kalau dari rumahnya sudah rusak, maka di pesantrennya juga ikut rusak,” ucap Ketua Umum PP Pemuda Persis itu.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Bagaimanapun, ibu adalah kunci kesuksesan sebuah keluarga. Gerakan “Ibu Kembali ke Rumah”, merupakan solusi tepat di tengah arus feminisme saat ini.
“Makanya, saya kira gerakan muslimah harus mengarah ke sini. Muslimah juga bisa berperan dalam gerakan islah (persatuan umat Islam),” tuturnya.
Jika anak dididik oleh seorang ibu sholehah dan berpengetahuan luas, maka akan lahir generasi seperti sang Singa Padang Pasir seperti Shalahuddin Al Ayyubi yang hingga saat ini masih dikenang dan ditakuti Barat.*