Hidayatullah.com–Dalam pemerintahan neolib, peran dan fungsi negara yang sesungguhnya telah mati. Akibatnya kesejahteraan dan kemuliaan martabat yang menjadi tujuan utama bernegara, tinggal ilusi belaka.
Fakta tersebut diungkap dalam “Kongres Ibu Nusantara ke-2” pada hari Ahad (21/12/14) kemarin di Tennis Indoor Senayan, Jakarta.
Pemerintah yang terus menerus melakukan pelalaian fungsi, tanggung jawab, dan kewajiban pentingnya akhirnya membuat derita dan kesengsaraan yang dialami rakyat terutama perempuan dan anak-anak.
Kesengsaraan, penghinaan, penindasan, kemiskinan, dan ketidakadilan senantiasa mewarnai gambaran kehidupan rakyat negeri ini termasuk para Ibu dan anak-anak.
“Hampir setiap hari kita dengar dan kita lihat kisah pilu yang menyempitkan dada dan mengucurkan air mata,” ungkap Mas’ulah ‘Ammah Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Ratu Erma Rachmayanti dalam sambutan “Kongres Ibu Nusantara (KIN) ke-2” kemarin.
Hal ini terjadi, lanjutnya, akibat bangsa ini mengambil kebijakan dari pemikiran kufur. Bangsa ini telah membuka pintunya lebar-lebar untuk bangsa asing yang mendiktekan ide dan budaya kufurnya. Bangsa asing telah memaksakan konsep-konsep ekonomi rusak dan merusak untuk membangun bangsa ini sejak kemerdekaan.
“Mereka kerdilkan peran Negara sehingga tak sanggup berbuat banyak untuk menyejahterakan rakyatnya dan meninggikan martabat generasinya,” bebernya.
Kongres Ibu Nusantara (KIN) yang digelar untuk kedua kalinya ini digagas oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI), sebagai wujud keterlibatan aktif demi menyelesaian persoalan perempuan, keluarga dan generasi.
Sementara 3 orator akan membentangkan orasinya dan dilanjutkan pembacaan Press Realase oleh Jurubicara MHTI Iffah Ainur Rochmah terkait tema yang diangkat yaitu, “Derita Ibu dan Anak karena Matinya Fungsi Negara dalam Rezim Neolib”.
Kaum Ibu se-Jabodetabek, Sukabumi, Cianjur, Tanggerang, Purwakarta, Pandenglang, Serang, dan Karawang dari berbagai kalangan seperti Majelis Ta’lim, Aktifis LSM/Ormas/Orpol buruh, TKW/keluarga TKW, penggerak PKK/Posyandu/Dasawisma, tokoh perempuan dan kalangan terkait lainnya, hadir sebagai bentuk kepedulian pada nasib Ibu dan anak serta ingin melakukan perubahan hakiki.
Agenda dengan tema yang sama juga diselenggarakan di 50 kota di seluruh Indonesia pada rentang tanggal 14, 19, 20 dan 21 Desember 2014.*/ Novita M Noer