Hidayatullah.com–Sebagai keturunan Adam dan Hawa, proses perpindahan bagi seorang manusia adalah mutlak terjadi dalam kehidupannya. Baik perpindahan secara vertikal ataupun horizontal. Sebab babak kehidupan manusia diawali oleh perpindahan pasangan manusia pertama tersebut dari surga menuju dunia hingga sekarang.
Hal itu diungkap Prof. Ahmad Tafsir ketika mengawali pengajian rutin pekanan di kampus Pasca Sarjana Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor, belum lama ini.
“Perpindahan Adam dan Hawa itu sudah menjadi road map dari Allah buat kehidupan manusia selanjutnya,” ungkap dosen Filsafat Pendidikan Islam ini.
Menurut Prof. Tafsir, demikian mahasiswa memanggilnya, biasanya perpindahan itu melahirkan dampak bagi manusia. Yaitu timbulnya, rasa khawatir atau takut dan sedih.
“Rasa khawatir dan sedih itu selalu ada sebagai kecendrungan fitrawi manusia,” jelasnya.
“Khawatir dan sedih itu muncul, sebab manusia menjalani sesuatu yang ia tidak alami sebelumnya atau karena ia meninggalkan apa yang ia jalani awalnya,” imbuh Tafsir.
Uniknya, masih menurut Tafsir, setiap manusia pasti merasakan kedua sifat tersebut. Tak kenal orang itu kaya atau miskin, berusia tua atau masih kanak, dan seterusnya.
“Inilah adilnya Allah. Wanita yang cantik merasa khawatir kehilangan kecantikannya. Sedang yang tak cantik juga dirundung rasa khawatir, mengapa wajahnya tak bisa berubah cantik,” jelas Tafsir memberi contoh, yang lalu disambut tertawa oleh peserta pengajian.
Dalam pengajian yang rutin digelar di hari Sabtu pagi itu, Tafsir kemudian menjelaskan kiat menghadapi kecenderungan manusia tersebut. Menurutnya, Nabi sebagai manusia biasa juga mengalami hal yang sama dengan umatnya. Namun ketika dikelola dengan benar, justru tabiat bawaan itu menjadi energi positif bagi manusia.
“Nabi sendiri dalam beberapa riwayat banyak mengkhawatirkan umatnya. Tapi justru itu yang mendorong kian all out dalam menyebar dakwah Islam,” papar Tafsir, yang juga Guru Besar di Kampus Universitas Pendidikan Islam (UPI), Bandung ini.
Lazimnya pengajian kampus, selain dihadiri puluhan dosen pengajar di Fakultas Pasca Sarjana UIKA Bogor, sejumlah mahasiswa program Doktoral dan Magister UIKA juga tampak rutin menghadiri kegiatan tersebut.
“Alhamdulillah, inilah mujahadah kampus UIKA dalam membendung bisikan kekhawatiran yang merusak,” ujar Tafsir. Sebab kata Tafsir, orang berilmu pun bisa terseret dan terpental dengan ilmunya jika tak diperkuat dengan hidayah dari Allah.“
Usai pengajian berdurasi 30 menit, para hadirin lalu berkesempatan saling taut silaturahim. Oleh panitia, acara tersebut dikemas dengan menikmati sarapan secara berjamaah.
“Ini salah satu metode transfer nilai akhlak dan moral di kampus UIKA. Tak ada sekat antara mahasiswa dan dosen. Bahwa teladan itu ada dalam setiap kesempatan,” pungkas Buya Ibdalsyah, pengajar Tafsir Pendidikan di UIKA.*/Masykur Abu Jaulah