Hidayatullah.com- Penulis buku-buku sejarah pahlawan Islam Alwi Alatas mengatakan meski isi film “King Suleiman” baik yang ditayangkan oleh ANTV sudah ada sensor, yang pasti ada campur-aduk antara fiksi dan sejarah.
“Tapi masih ada masalah lain terkait penayangan film itu. Pokok masalah utamanya adalah pencampuradukan antara fiksi dan sejarah,” demikian keterangan yang disampaikan Alwi menanggapi pandangan Lesbumi terkait film “King Suleiman kepada hidayatullah.com, Sabtu (24/01/2015).
Karena itu, meski adegan-adegan yang terlalu vulgar, seperti berciuman tampaknya sudah dihilangkan, bagian tubuh yang agak terbuka juga sudah diblur, namun pokok masalah justru pencampuran antara fiksi dan sejarah.
Menurutnya, film itu jelas cerita fiksi, tetapi kata Alwi, karakter dan nama tokohnya diambil dari tokoh sejarah.
Ditambah lagi, lanjutnya, banyak penggambaran yang cenderung bersifat negatif (seperti intrik istana dan cerita perempuan-perempuan istana, red) tentang tokoh Suleiman.
“Saya termasuk orang yang diundang sebagai sejarahwan dalam mediasi yang diadakan oleh Komisi Penyiaran Indonesia dgn ANTV,” tegas Alwi.
Jika seseorang memposisikan film itu sebagai karya sejarah, menurut Alwi, hal itu jelas masalah, karena tentu ada banyak hal fiktif di dalamnya. Tidak mungkin cerita dan dialog sedetail itu, semua diambil dari buku sejarah.
“Dan jika film itu diposisikan sebagai karya fiksi, memang itu yang lebih tepat, tetapi masih saja ada masalah,” ujar Alwi.
Alwi mengatakan, jika dianggap sebagai karya fiksi mengapa nama tokoh dan karakternya sama dengan yang ada dalam sejarah?
Menurutnya jika hal itu tetap dipertahankan maka seseorang akan sulit melepaskan ingatannya dari figur sejarah yang sebenarnya.
“Kalau bermaksud membuat cerita fiktif, mengapa tidak menggunakan nama yang fiktif (berbeda)?” pungkas Alwi.*