Hidayatullah.com–Malam itu ada kejadian tak biasa yang terjadi di komplek Perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP) Blok M No. 26 Makassar.
Shalat yang biasa dilakukan di dalam masjid kini berpindah dan diadakan di luar masjid. Tepat pukul 02.00 dini hari, sebanyak 150 orang santri dan warga Pondok Pesantren Hidayatullah mengadakan shalat tahajud berjamaah di tanah lapang depan masjid.
“Kami sengaja shalat tahajud di sini, beralaskan tanah beratapkan langit karena punya hajat khusus,” ucap Sarmadani, Ketua Yayasan al-Bayan Hidayatullah Makassar.
Menurut Sarmadani, hajat yang dimaksud adalah upaya pembebasan tanah untuk perluasan lokasi pesantren Hidayatullah. Lokasi tanah itu terletak di sebelah barat pesantren dengan luas lahan 1,3 hektar.
“Harganya spektakuler, 13 milyar rupiah atau satu juta per meter,” yngkap Sarmadani kembali.
“Kami baru bisa melunasi panjar satu milyar atau 1.000 juta beberapa waktu lalu,” lanjut Sarmadani tersenyum.
Terletak di tengah kota, lokasi tanah tersebut, menurut Sarmadani berulang kali sudah dilirik oleh orang lain. Harga tanah di sekitar lokasi bahkan sudah mencapai Rp. 1.600.000 per meter.
Uniknya, sang pemilik tanah hanya ingin menjual tanah tersebut kepada pihak pesantren. Kepada pesantren, sang pemilik berharap memperoleh pahala jariyah jika dimanfaatkan untuk kegiatan dakwah dan pendidikan.
“Saya senang jika tanah ini dibeli pondok, masih ada amal jariyah saya di situ,” terang sang pemilik ditirukan Sarmadani.
Ide shalat tahajud di tengah lapangan menurut Sarmadani, berangkat dari usulan Ketua Badan Pembina Yayasan al-Bayan, Abdul Aziz Qahar yang berpesan agar proyek pembebasan tanah ini dilaksanakan secara maksimal.
Aziz berkeyakinan kemudahan itu akan datang jika warga pesantren berusaha maksimal dan berdoa terus menerus kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
“Proyek ini harus didorong dan diangkat ke langit melalui doa-doa kita semua. Kalau perlu shalat lail (qiyamul lail) berjamaah di lokasi tersebut,” ujar Aziz, seperti ditirukan oleh Sarmadani.
Gayung bersambut. Keinginan mulia ini rupanya mulai nampak ketika Sarmadani mendapat bantuan hasil penjualan kendaraan mobil Pajero Sport sebagai biaya awal pelunasan tanah di atas. Mobil keluaran tahun 2013 itu laku seharga Rp. 320.000.000 untuk tambahan biaya panjar pembelian tanah.
Kini seluruh santri dan warga Pondok Pesantren Hidayatullah Makassar terus berpacu dengan waktu untuk menyelesaikan hajat besar ini.
Sarmadani mengaku warga pesantren hanya bisa bermohon dan minta didoakan agar diberi kekuatan dan kemudahan dalam memikul amanah dakwah di pintu gerbang Indonesia Timur ini.
Ia bahkan membuka kontak line telepon bernomor 081342426761 dan 081342751292 guna membuka diri bagi siapa saja yang ingin berpartisipasi dalam infak dakwah dan pembebasan lokasi pondok pesantren.
“Infak juga bisa disalurkan langsung ke rekening Bank Mandiri 1520014829911 an. Gerakan Wakaf Tunai Hidayatullah,” ujar Sarmadani.
Menurut Sarmadani, shalat tahajud berjamaah itu akan berlanjut terus setiap malam sebagai ratapan dan mujahadah santri dan pengasuh bisa dikabulkan Allah Subhanahu Wata’ala agar dimudahkan membebasan tanah untuk melanjutkan dakwah Islam.*/Masykur Abu Jaulah