Hidayatullah.com–Fenomena kemunculan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang belakang ini kembali muncul di masyarakat bisa kategorikan sebagai gerakan keagamaan baru (new religion movement). Gerakan demikian fenomenanya bukan hanya muncul di Indonesia namun di berbagai belahan dunia lainnya.
“Fenomena ini juga terjadi di Negara maju seperti Amerika, Asia bahkan Eropa. Namun kehadiran mereka banyak ditolak oleh induk agamanya sendiri,”ujar Sosiolog Fisip Unpad, Ari Ganjar dalam diskusi bertema “Gafatar, Gerakan Keagamaan Atau Politik?” di kawasan Jalan Braga Kota Bandung, Jum’at (29/01/2016).
Ari melanjutkan penolakan dari masyarakat tersebut membuat kelompok tersebut menjadi terkucilkan bahkan tertekan secara mental karena sanksi sosial.
Ironinya sebagian dari anggota tersebut banyak yang berujung pada rasa putus asa dengan melakukan bunuh diri bahkan melakukannya secara massal.
“Kita tahu di Amerika sampai ada insiden bunuh diri missal oleh pengikut gerakan keagamaan tersebut. Demikian juga China beberapa tahun lalu,karena mereka merasa tertekan dan terkucil secara sosial. Jika dilihat dari pengakuan para anggotanya nampaknya Gafatar tidak jauh berbeda,”imbuhnya.
Namun ia belum bisa memastikan apakah fenomena Gafatar masuk gerakan politik atau keagamaan murni. Meski menurut beberapa temuan yang didapat aparat kepolisian konon terdapat beberapa dokumen yang mengarah pada gerakan massa secara massif dan terstruktur layaknya manajemen sebuah Negara. Menurutnya fenomena seperti Gafatar dimana gerakan sosial yang dikemas dengan nuansa keagamaan akan selalu muncul ditengah masyarakat majemuk yang mempunyai pemahaman keagamaan yang masih rendah.
Sementara itu Jefri,mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Gafatar Wilayah Jabar menolak jika kelompoknya disebut atau dikategorikan gerakan keagamaan atau pun politik. Menurutnya Gafatar merupakan gerakan sosial murni yang anggotanya terbuka dari mana saja serta tidak berlatarbelakang suku atau pun agama tertentu.
“Kami tidak mengajarkan ajaran agama tertentu,menurut kami agama adalah ranah pribadi. Kami hanya terhimpun karena mempunyai kesadaran yang sama bahwa dunia khususnya di Indonesia akan terjadi krisis pangan,makanya kami di Kalimantan itu bertani (padi,jagung,peternakan dan perikanan) hanya itu saja,”sanggahnya.
Ia menambahkan klaim pihaknya tersebut dapat disaksikan dan dibuktikan bahwa di Mempawah Kalimantan tersebut Gafatar tidak sedang latihan militer atau membangun sarana ibadah agama tertentu. Namun lebih fokus aktivitas pertanian sebagai upaya untuk menghadapi prediksi akan terjadinya krisis pangan tersebut.
“Kami bukan kumpulan intelektual yang dapat menciptakan teknologi pangan yang modern dan canggih. Makanan pokok kita masih nasi makanya yang kita lakukan ya menggarap sawah dan menanami padi itu saja,”ujar Jefri yang mengaku masuk Gafatar mulai 2012 ini.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Sementara Ketua Umum MUI Jabar,Prof.Dr.KH.Rachmat Syafe’i yang hadir dalam kesempatan tersebut menjelaskan bahwa hingga saat ini MUI Pusat belum memberikan fatwa soal Gafatar dan aktivitasnya maupun ajarannya.
Namun demikian,sambung Rachmat,jika mengacu pada pengakuan dari mantan anggotanya khususnya yang bergama Islam bahwa tidak ada kewajiban shalat,puasa serta adanya klaim nabi baru maka hal tersebut sudah terkategorikan pemahaman yang sesat.
“Hingga saat ini kami (MUI) masih terus melakukan penelitian dan kajian yang mendalam. Namun dari pengakuan beberapa mantan anggotanya yang sadar tersebut rasanya orang awam pun akan tahu lah status hukum ajaran Gafatar tersebut,”jelasnya.*