Hidayatullah.com– Salah seorang jamaah haji Indonesia tahun 2015 yang juga korban peristiwa Mina, September lalu, Hj Culan Kasim binti Kasim (55), dipulangkan dari Arab Saudi. Culan terbang dari Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah, Sabtu (30/04/2016) pukul 19.00 waktu setempat.
Wanita asal Padang Pariaman, Sumatera Barat ini tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Ahad, 23 Rajab 1437 (01/05/2016) siang. Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek menerima langsung pasien istimewa dari Kerajaan Arab Saudi tersebut di bandara.
Culan diterbangkan dengan pesawat khusus Medevac (Aeromedical Evacuation) atau ambulans udara bersama petugas RS Garda Nasional, Jeddah, Nikmah Nur Hasan Matasif dan Zuheir Thahir Abdurrahim Jawa.
Usai serah terima di Halim, Culan langsung dibawa dengan mobil ambulans ke RS Fatmawati, Jakarta Selatan untuk menjalani perawatan berikutnya.
Penuh Kehati-hatian
Menkes mengatakan, penggunaan Medevac dikarenakan maskapai regular tidak menyediakan fasilitas khusus seperti ventilator. Alat ini masih sangat dibutuhkan oleh Culan.
“Kalau kita lepas, tanpa alat, beliau nggak bisa bernafas. Karena otot-otot pernafasan akan berhenti,” ujar Menkes dalam jumpa pers di bandara usai menerima Culan.
Selain itu, biaya pemulangan jamaah sakit dengan ventilator juga cukup besar, yaitu lebih dari Rp 2 miliar.
Setelah peristiwa Mina, 24 September 2015, Culan terserang heatstroke atau sengatan panas. Ia pun menjalani perawatan di Arab Saudi selama sekitar 8 bulan.
“Dia tidak bisa berkata apa-apa tapi bisa mengingat Indonesia,” ujar Menkes.
Proses kedatangan Culan tak lepas dari peran Nikmah Matasif, Warga Negara Arab Saudi keturunan Indonesia yang selama ini memonitoring dan mendorong pemulangan itu.
Suasana haru menyelimuti keluarga Culan saat menerima kedatangan pasien tersebut. Sejak pagi, keluarga sudah menanti di ruang VVIP Bandara Halim.
Pengamatan hidayatullah.com, proses pemindahan Culan dari pesawat mobil ambulan memakan waktu cukup lama, lebih dari setengah jam. Sebab prosesnya penuh kehati-hatian.
“Semua alat pernafasan dipelihara betul sehingga Ibu Culan bisa bernafas dengan baik,” jelas Menkes.
Sementara para wartawan foto dan kameramen yang menunggu berjam-jam di Halim tidak diperkenankan mengambil gambar Culan dari jarak dekat. Mereka hanya bisa memotret dan merekam dari jarak sejauh 50 meteran. Hanya fotografer khusus yang bisa mendekat.*