ISLAM membolehkan hadiah yang mutlak (tidak terikat), entah semata-mata sebagai hadiah atau sedekah, maupun sebagai balasan atas kebaikan, dan tidak dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu yang bersifat duniawi.
Hadiah yang bukan karena tujuan materi inilah yang dianjurkan dalam Islam, karena hadiah yang demikian itu akan dapat menyatukan hati, menguatkan ikatan kecintaan, menyambung keakraban di antara manusia, dan menghilangkan timbulnya hal-hal negatif yang ada di antara mereka, berupa permusuhan, kedengkian, dan dendam.
Dan hadiah yang diberikan dengan tulus dapat menimbulkan kecintaan dan kasih sayang, serta menguatkan cinta dan kasih sayang yang ada dalam hati. Hadiah juga bisa memberikan kebahagiaan dalam jiwa, menumbuhkan ikatan di antara manusia, dan keakraban sebagian mereka dengan sebagian yang lain.
Memberikan hadiah menunjukkan bersihnya hati dan jiwa, dan dapat menghilangkan hal-hal negatif yang terkadang ada dalam hati sebagian orang, seperti tersinggung, sakit hati, dan dendam karena suatu sebab tertentu. Di samping itu hadiah pun bisa menambah dan menguatkan kecintaan di antara manusia, dapat membuka hati yang tertutup dan saling menolong dalam urusan kehidupan. Maka bentuk hadiah yang demikian itu boleh dilakukan di antara sesama muslim, baik menerima hadiah dari siapa pun maupun memberi hadiah kepada siapa pun, selama tidak masuk dalam kategori suap.
Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Saling berjabat tanganlah kalian, niscaya hilang kedengkian, dan saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai, dan hilanglah permusuhan.”
Dan masih banyak hadits, atsar dan khabar yang semakna dengan hal tersebut, di antaranya hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai.” (Al-Bukhari, Baihaqi, Ibnu Thahir).
Dulu para tabi’in mengirimkan hadiah kepada saudara-saudara mereka, dan mereka berkata, “Kami mengetahui kamu tidak butuh hadiah semacam ini, akan tetapi agar kamu tahu bahwa hadiah ini adalah bukti adanya perhatian dari kami kepadamu.”
Alangkah bagusnya orang yang berkata,
Sebagian manusia saling memberi hadiah kepada sebagian yang lain
Akan lahir di hati mereka pertalian
Akan menumbuhkan cinta dan kasih sayang dalam perasaan
Akan memakaikan perhiasan kepada mereka apabila
mereka datang dengan baik
Dan yang lain berkata,
Sesungguhnya hadiah mempunyai keuntungan apabila diberikan
Dapat menarik simpati lebih dari kedudukan seorang anak
di sisi bapaknya
Dan juga ada yang berkata,
Sesungguhnya hadiah itu manis
Bagaikan sihir yang dapat merasuki hati
Sedikit demi sedikit mendekatkan orang yang amat membenci
kepada cinta
Sampai-sampai menjadikan dia orang terdekat
Dapat mengembalikan dendam kesumat
Setelah ditetapkan kepada kecintaan.*/Syaikh Ahmad bin Ahmad Muhammad Abdullah Ath-Thawil, dalam bukunya Benang Tipis Antara Hadiah & Suap. [Tulisan selanjutnya]