Hidayatullah.com– Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komisaris Jenderal Polisi Budi Waseso, menyatakan pihaknya siap menembak mati para pengedar narkoba.
Karena, kata dia, tindakan para pengedar itu sudah merusak jutaan generasi muda dan mengancam masa depan negara.
“Kami tidak ngawur, karena tindakan tegas itu juga terukur, sebab akan kami lakukan pada pengedar yang kami sudah punya data pelanggaran hukumnya.
Kalau sudah begini masih direhabilitasi justru kita yang kalah, karena mereka pasti cari mangsa lagi,” ujarnya di Surabaya, Jawa Timur, semalam, dikutip Antara, Kamis (27/10/2016).
Dia menjamin tindakannya tidak akan melanggar hukum dan HAM.
“Pernyataan presiden bahwa Indonesia berstatus darurat narkoba itu sudah di atas UU, bahkan Presiden menyatakan perang pada narkoba,” ujarnya.
“Selain itu juga ada Peraturan Kepala Polri. Tindakan mereka yang merusak jutaan generasi muda itu justru lebih melanggar HAM,” lanjutnya.
Untuk itu, pihaknya telah menyiapkan tim khusus yang akan bertindak tegas pada pengedar narkoba yang merusak jutaan generasi muda itu.
“Kami tinggal menunggu senjata standar yang kami pesan dan akan datang pada bulan November,” ujar Budi Waseso.
Anjing Khusus Narkoba
Dalam acara yang dirangkai dengan pertemuan BNN/BNNP dan Reserse Narkoba se-Indonesia itu, ia menegaskan, pihaknya juga sudah memiliki 50 ekor K-9 (anjing pelacak) khusus narkoba.
“Lima puluh ekor k-nine itu sudah kami latih dalam enam bulan dan daya endus dan lacaknya sudah teruji. Bahkan saya sendiri yang berangkat ke Belanda atas perintah presiden untuk belajar khusus teknik menciptakan K-9 itu,” ungkapnya.
Unit K-9 itu akan ditingkatkan lagi jumlahnya dengan menggunakan anjing setempat.
“Untuk itu, BNN sudah bekerja sama dengan komunitas pecinta anjing. Jadi, kami serius memerangi narkoba, karena pengguna narkoba di Indonesia sudah mencapai 5,9 juta,” jelasnya.
Apalagi, para bandar sudah menciptakan “Operasi Regenerasi Pasar Narkoba” yang menyasar anak-anak TK, SD, dan SMP, melalui jajanan anak-anak sekolah yang membuat ketagihan. [Baca juga: BNN Waspadai Peredaran Narkoba Berbentuk Permen]
“Mereka lakukan itu, karena 5,9 juta pengguna sudah tinggal menunggu waktu saja untuk sekarat dan mati,” ujarnya.
Saat ini, ungkapnya, tercatat 40-an orang per hari yang meninggal dunia akibat menjadi pengguna narkoba yang menggerogoti sistem metabolisme pada organ tubuh mereka.
Sedangkan, imbuhnya, bandar besar yang diuntungkan umumnya ada di luar negeri.
“Omzet jaringan narkoba itu sudah mencapai Rp 3,6 triliun dalam setahun. Namun tahun lalu tercatat Rp 2,7 triliun yang aliran dananya keluar dari Indonesia, dengan menyebar pada 11 negara dan angka terbanyak mengalir ke Cina,” ungkapnya.
Namun, Budi Waseso mengaku sudah putus asa, karena pihak luar negeri sulit diajak kerja sama dalam pemberantasan narkoba. Termasuk negeri jiran, seperti Singapura dan Malaysia.
“Untuk itu akan kami berantas dengan cara-cara yang sudah kami pelajari dari berbagai negara,” tandasnya.*