Hidayatullah.com– Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil A Simanjuntak mendesak Presiden RI Joko Widodo untuk mencabut hubungan diplomatik dengan Myanmar.
Pernyataan itu disampaikan Dahnil menyikapi tragedi kemanusiaan yang terus terjadi atas etnis Rohingya di Myanmar hingga saat ini.
“Tragedi kemanusiaan yang tak beradab terus berulang di Myanmar terkait dengan etnis Rohingya sampai detik ini,” ujar Dahnil melalui keterangan tertulisnya diterima hidayatullah.com di Jakarta, Ahad (20/11/2016).
24 Etnis Muslim Rohingya Tewas dalam Operasi Gabungan di Myanmar
Myanmar, kata dia, mengaku telah mengusung demokrasi dengan tokoh peraih Nobel perdamaian Aung San Syu Kyi sebagai ikon.
Namun pada faktanya, jelas Dahnil, Myanmar telah dan tetap menjadi negara yang niradab, melalui pembiaran bahkan diduga dengan sengaja melakukan pembantaian terhadap etnis Rohingya.
Sementara Indonesia, imbuh Dahnil, adalah negara yang mengusung kemanusian yang adil dan beradab, serta mengedepankan hak asasi manusia.
Militer Myanmar Lakukan Pemerkosaan terhadap Wanita Rohingya
Indonesia Perlu Bersikap Tegas
Oleh karena itu, Indonesia perlu bersikap terang dan tegas terhadap Pemerintah Myanmar, kata Dahnil dalam pernyataannya yang berjudul “Yth. Presiden Joko Widodo. Putuskan Hubungan Diplomatik Dengan Myanmar”.
“Saya mendesak, Presiden Jokowi untuk mencabut hubungan diplomatik dengan Myanmar dan meminta duta besar Myanmar meninggalkan Indonesia segera,” tegas Dahnil.
Ia mendesak begitu karena apa yang dilakukan pemerintah Myanmar, ungkapnya, tidak mencerminkan negara beradab dan bertentangan dengan prinsip dasar Indonesia yakni Pancasila.
“Pak Jokowi yang baik. USIR Dubes Myanmar!” Dahnil meminta dengan tegas.
Pengusiran Duta Besar Myanmar, kata dia, penting dilakukan.
Hal itu, jelasnya, untuk menyampaikan pesan kepada dunia sikap tegas bangsa Indonesia terhadap negara yang mengabaikan HAM dan bersikap niradab dengan melakukan pembantaian etnis.
Militer Myanmar Bunuh 30 Etnis Rohingya dalam Aksi Kekerasan Terbaru
Diberitakan hidayatullah.com sebelumnya, tentara Myanmar dilaporkan telah membunuh lebih 30 orang etnis Rohingya dalam gelombang terbaru kekerasan atas etnis Muslim.
Dalam sebuah pernyataan hari Senin (14/11/2016) militer melontarkan tuduhan sekitar 30 orang itu sebagai anggota “kelompok militan”.*