Hidayatullah.com–Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj mengatakan, masih rendahnya pemahaman masyarakat di Indonesia terhadap Islam dan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Hal itu ia katakan merespon dari hasil survei yang dilakukan oleh Alava Research Center tentang potret keberagaman Islam di Indonesia.
Dalam survei tersebut salah satunya dipaparkan tentang popularitas tiga besar ormas di Indonesia, yakni NU (97.0 persen), Muhammadiyah (94.3 persen), dan FPI (68.8 persen).
Luruskan Pernyataan Said Aqil, Dua Putra Abu Bakar Baasyir Sambangi PBNU
Lebih jauh saat pertanyaan persepsi terbuka soal ormas Islam, diantaranya FPI, dimana sebanyak 22,4 persen responden menyebut FPI adalah organisasi garis keras, 17,8 mengatakan sebagai organisasi pembela Islam, dan sebanyak 17,0 persen menyebut sebagai organisasi suka berdemo.
“Kalau orang sudah tertarik FPI dan dianggap membela Islam betapa rendahnya pemahaman terhadap Islam,” ujarnya di Kantor PBNU, Jakarta, Senin (30/01/2017).
Padahal, kata Said, dirinya sudah berusaha keras menunjukkan Islam yang toleran dan moderat.
“Itu membela Islam. Walaupun dicaci maki sana-sini,” ungkapnya.
Ditanya kenapa FPI dianggap tidak membela Islam, Said mengatakan, bahwa FPI bukan lahir dari dalam umat Islam.
“Beda dengan NU dan Muhammadiyah itu lahir dari bawah,” katanya.
Said tidak menjelaskan lebih rinci yang dimaksud lahir dari umat Islam.
Adapun ketika ditanya pendapatnya terhadap ulama NU yang mendukung FPI, Said menyatakan hal itu dikarenakan masih banyak yang tidak paham atau saking polosnya.
Ia bercerita, ada pengurus NU di Belitung yang menghubungi dirinya dan menanyakan sikap Banser yang menolak kedatangan Habib Rizieq.
“Saya bilang sudah benar itu. Tapi kan bela Islam? Wah susah kalau kayak gitu, hanya lewat telpon saja tidak bisa kita jelaskan,” ucapnya.
Sementara itu, CEO Alava Research Center, Hasanuddin Ali menjelaskan, survei yang dilakukan lembaganya melibatkan 1626 responden, dan dilakukan dari rentang November 2016 hingga Januari 2017.*