Hidayatullah.com– Konferensi Internasional dan Multaqa Alumni Al-Azhar IV digelar di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), sejak Rabu sampai Kamis (18-19/10/2017), diikuti 478 peserta.
Konferensi ini membahas berbagai persoalan keorganisasian dan persoalan dakwah kegamaan. Presiden RI Joko Widodo menutup konferensi internasional ini kemarin sore di Masjid Islamic Center, Mataram.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin membuka bertema “Moderasi Islam: Dimensi dan Orientasi” itu.
“Atas nama pribadi dan Pemerintah Indonesia, saya memberikan apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada institusi Al-Azhar al-Syarif di Mesir, para ulama dan alumninya yang selalu konsisten dalam mengembangkan kehidupan dan dakwah keagamaan yang moderat dan toleran, di mana pun mereka berada,” terang Menag Lukman lansir Kemenag.
Ia menjelaskan, Al-Azhar Mesir adalah salah satu lembaga keagamaan, pendidikan, sosial, dan dakwah Islam tertua yang telah berperan aktif dalam memberikan kontribusi sepanjang sejarah peradaban Islam.
Dalam kurun waktu lebih dari seribu tahun, sejak didirikan pertama kali oleh Jauhar al-Shiqili pada tahun 361 H/ 975 M saat Dinasti Fathimiah berkuasa, jelasnya, Al-Azhar selalu berada di garda terdepan dalam mendidik umat dan mengembangkan dakwah Islam yang moderat dan toleran. Bukan hanya di Mesir, tetapi juga di seluruh dunia.
“Tidak berlebihan jika Al-Azhar disebut sebagai benteng moderasi Islam,” tegas Menag.
“Keberadaan ulama-ulama besar yang mendedikasikan ilmunya dengan ikhlas dan tradisi keilmuan Islam yang kuat dan bercirikan moderat menjadi daya tarik tersendiri bagi Al-Azhar, sehingga ribuan pelajar dari berbagai penjuru dunia datang menimba ilmu di sana, tidak terkecuali Indonesia,” lanjutnya.
Menag menyebut Al Azhar sebagai salah satu bentuk keberhasilan universitas dalam menghimpun para pelajar dari berbagai penjuru dunia, sekaligus menampung dan menghimpun berbagai tradisi keilmuan, mazhab dan aliran pemikiran, tanpa ada fanatisme berlebihan.
“Semua tumbuh dan berkembang di tangan para ulamanya,” tutur Menag.
“Al-Azhar juga menghimpun antara semangat mempersatukan umat dengan upaya memelihara keragaman pandangan keagamaan,” lanjutnya.
Menag berharap dari Konferensi dan Multaqa ini melahirkan banyak gagasan yang mendukung terciptanya harmoni dan kerukunan dalam kehidupan beragama di Indonesia.
Sekjen Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar Mesir Cabang Indonesia, Muchlis M Hanafi, dalam rilisnya menyebut, konferensi internasional ini dilatarbelakangi kesadaran akan adanya tantangan serius yang dihadapi oleh umat Islam dewasa ini, baik secara internal maupun eksternal.
Secara internal, umat Islam masih berada dalam keterbelakangan pendidikan, ekonomi, dan politik. Secara eksternal, banyak pihak yang salah paham terhadap Islam, disebabkan tindakan sebagian umat Islam yang keliru memahami beberapa aspek ajaran Islam, di samping minimnya pemahaman pihak lain tersebut terhadap substansi ajaran Islam.*