Hidayatullah.com– Menurut dai yang konsen dalam bidang keluarga dan al-Qur’an, Zainuddin Musaddad, dalam paparannya pada Seminar Parenting bertema “Orangtua sebagai Tauladan dalam Ber-Qur’an, Mungkinkah?” menjelaskan, belakangan ini banyak suami istri “berselingkuh.”
“Oh… tidak usah cerita selingkuh. Karena hampir rata-rata kita berselingkuh. Tidak dalam kebathilan, tidak dalam pelanggaran syariah, tapi melanggar psikologis,” katanya di SD Integral Hidayatullah Depok, Jawa Barat, penghujung pekan kemarin, Sabtu (20/01/2018).
Karena begitu pentingnya “perselingkuhan” jenis ini, sarjana matematika itu pun mengulangi ucapannya.
“Kita melakukan pelanggaran perselingkuhan, tidak dalam kejahatan, tidak dalam perzinaan, tapi kita melakukan suatu tindakan kejahatan psikologis,” ucapnya menegaskan.
“Saya harus tegaskan ini sebuah kejahatan psikologis, agar kemudian kita tidak menjadi orang jahat, ‘berselingkuh’,” imbuhnya.
Ayah dari putra-putri penghafal Qur’an ini pun memberikan bukti.
“Masak sudah mau tidur masih main HP (handphone). Ini yang (disadari atau tidak) memperlambat kematangan seorang ibu, sehingga ketenangan dan komunikasi antara suami dengan istri tidak terjadi dan ketenangan juga tidak tercipta, sibuk main HP, kalau tidak dihentikan bisa sampai larut main HP.
Wajah istri yang seharusnya sudah aman dan nyaman dipandang suami, masih tidak aman dan nyaman, karena wajah terkonsentrasi ke layar HP, seolah-olah tidak ada suami di dekatnya. Karena pikiran kita masih terkoneksi dengan informasi yang terus datang ke dalam HP,” ulasnya.
Sebaliknya, suami juga ada yang berperilaku sama.
“Dari pulang kerja sampai mau tidur, masih saja asyik di depan laptop. Tidak ada komunikasi, padahal ada istri di rumahnya di dekatnya,” katanya.
Lebih jauh, perilaku ‘selingkuh’ psikologis semacam ini katanya akan berakibat pada tidak maksimalnya perhatian dan pendidikan kepada buah hati.
“Pengaruhnya jelas, hubungan suami-istri terganggu, cahaya di dalam rumah perlahan redup bahkan padam, bahkan selanjutnya, anak-anak menjadi kurang sentuhan, apalagi asuhan dan pendidikan. Bagaimana tidak kalau suami dan istri masing-masing konsentrasi ke HP-nya masing-masing,” pungkasnya.*