Hidayatullah.com– Dai kondang Ustadz Abdul Somad (UAS) menyampaikan sejumlah sikapnya terhadap tragedi di Suriah dan rezim Bashar Al-Assad serta aliran Syiah.
UAS menyatakan, belakangan, tidak sedikit fitnah yang dihembuskan oleh kaum liberal dan sekuler yang hendak mengkaburkan hakikat sebenarnya yang terjadi di Suriah agar umat menjadi terpecah dan rancu terhadap kebenaran.
Ada konspirasi besar untuk menutup-nutupi kenyataan yang terjadi di Suriah melalui “news framing” dengan tujuan mengacaukan kesadaran umat terhadap kenyataan yang ada.
“Kami melihat di sana ada ‘agenda setting‘ Syiah internasional -yang dibantu para penjajanya dari kalangan liberalis- yang mendompleng berhembusnya Arab Spring untuk menguasai negeri-negeri aswaja (Sunni). Di antaranya ialah mereka menerapkan strategi ‘brain washing’ dengan cara membanjiri media dengan analis manipulatif, fakta yang dibuat-buat, dan informasi palsu dengan mengabaikan kenyataan yang sesungguhnya,” ungkap UAS kemarin tertanggal 7 Maret 2018 dalam pernyataan tertulisnya melalui fanspage resminya di Facebook.
Dai asal Pekanbaru, Riau, ini pun mengungkapkan hakikat konflik yang tengah bergejolak di Suriah yang juga menjadi mauqif/sikap UAS terhadapnya sampai saat ini.
Baca: Ribuan Masyarakat Riau Hadiri Tabligh Akbar “Membongkar Kesesatan Syiah”
“Pertama, sikap kami terhadap sekte Syiah sebagaimana fatwa para Imam mazhab yang empat. Empat Imam Mazhab sepakat menyatakan bahwa Syiah Rafidhah adalah sekte sesat yang sulit lepas dari kekafiran. Juga berdasarkan keputusan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) bulan Jumadil Akhir 1404 H/Maret 1984 M yang diketuai oleh Prof Dr KH Ibrahim Hosen LML; bahwa Syiah adalah ajaran sesat dan menyesatkan,” ungkapnya.
UAS mengutip pernyataan Imam Syafi’i Rahimahullah:
لَمْ أَرَ أَحَداً مِنْ أَصْحَابِ الْأَهْوَاءِ أَشْهَدُ بِالزُّورِ مِنَ الرَّافِضَةِ
“Aku belum pernah melihat suatu kaum yang paling dusta melebihi Syiah Rafidhah”.
Kedua, jelasnya, Syiah dibagi menjadi tiga golongan; yaitu Syiah Ghulat, Syiah Rafidhah, dan Syiah Moderat (Zaidiyyah).
“Maka secara tekstual kami tidak mengingkari pembagian tersebut. Karena memang dalam teori sejarah aliran klasik, Syiah memang terpecah menjadi beberapa kelompok, di antaranya adalah Syiah Zaidiyyah (Syiah moderat), dimana ia hanya menganggap Sayyidina Ali bin Thalib Radhiyallahu’anhu lebih utama dari seluruh Sahabat yang ada namun tidak mengkafirkan tiga sahabat sebelumnya yaitu Abu Bakar, Umar, dan Utsman.
Namun secara kontekstual, UAS membangun sikap, bahwa, Syiah Zaidiyyah tidak ada di Indonesia. “Syiah Zaidiyyah hanya terdapat di sejumlah wilayah Timur Tengah, itupun nyaris punah. (Penelitian dan pengkajian Anggota Komisi MUI pusat, Ustad Fahmi Salim,Lc.MA),” sebutnya.
Sedangkan Syiah yang berkembang di seantero dunia dan termasuk Indonesia, tambahnya, adalah Syiah Imamiyyah Itsna Asyariyyah (Syiah 12 imam) yang berpusat di Iran, jelasnya mengutip buku panduan MUI, Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia.
Baca: Yang Perlu Diketahui: Apa Perang Suriah, Rezim Bashar dan Keterlibatan Syiah? [1]
Ketiga, UAS mengatakan, konflik Suriah adalah murni peperangan antara Aswaja dengan rezim Syiah Nushairiyyah. Penduduk Suriah umumnya adalah Aswaja (Ahlus Sunah Wal Jamaah) Syafi’iyyah Asy’ariyyah dan penganut thariqat.
“Syiah Nushairiyyah adalah aliran Syiah Kebatinan yang lebih ekstrem dari Syiah Rafidhah. ‘Nushairiyyah’ adalah nisbat/penyandaran kepada seorang bernama Muhammad bin Nashir Al-Farisi. Di antara aqidah ushul mereka ialah: Ali bin Abi Thalib memiliki sifat-sifat Ilahiyyah (ketuhanan), mengagungkan Abdurahman bin Muljam sang pembunuh Sayyidina Ali bin Abi Thalib dengan alasan bahwa Abdurahman bin Muljam telah berjasa membebaskan ruh Ali bin Abi Thalib dari kezaliman jasadnya. (Sumber: kitab Tha’ifah An-Nushairiyyah karya Syaikh Dr. Sulaiman Al-Halaby),” ungkapnya.
Keempat, UAS menjelaskan, Bashar Al-Assad adalah seorang Syiah Bathiniyyah (Syiah Nushairiyyah) yang juga menganut ideologi Ba’ts (sosialis Arab). Istrinya pun seorang wanita Syiah yang lahir di Inggris.
“Dia (Bashar Al-Assad) telah membunuhi kaum Muslimin secara masif baik laki-laki maupun wanita, orang tua, orang muda, dan anak-anak. Dengan kata lain, ia telah menghalalkan darah kaum Muslimin. Kekejaman Bashar Al-Assad terhadap kaum Muslimin sama seperti kekejaman Komunis Soviet, Komunis Albania, Komunis di Asia Tengah, dan lain sebagainya.
Bashar Al-Assad adalah penjahat kemanusiaan seperti Hitler, Stalin, Lenin, Polpot, dan lain sebagainya. Pendapat ini kami ambil dari guru kami seorang ulama ahli hadits Suriah bernama Syeikh Muwaffaq, Mursyid thariqat syadziliyyah di Suriah yang kami telah mendapatkan sanad darinya,” ungkapnya.
Kelima, kata UAS, Bashar Al-Assad telah menghancurkan negara Suriah berikut bangunan-bangunannya, termasuk sarana-sarana dan instalasi kehidupan; seperti rumah sakit, pasar, dan lain sebagainya dengan senjata berat, pesawat tempur, tank, rudal, serta bom birmil.
“200 ribu warga sipil berjatuhan dan nyawa terus melayang sampai sekarang. Perbuatannya sama dengan perbuatan Amerika dan Sekutu ketika menghancurkan Iraq pada tahun 1991 dan 2003, dan menghancurkan Afghanistan pada tahun 2001.
Tidak sampai di situ, Bashar Al-Assad juga mendatangkan kekuatan kafir Rusia untuk menggempur kaum Muslimin dan menghancurkan kota-kota. Padahal Rusia (dulu bernama Uni Soviet) adalah musuh Islam di Afghanistan sehingga ulama memfatwakan jihad fii sabilillah. Posisi Bashar Al-Assad dalam hal ini sama seperti Najibula, pemimpin boneka Afghanistan ketika itu,” ungkapnya.
Baca: Lebih 2000 Milisi Syiah Afghanistan yang Didukung Iran Tewas di Suriah
Sejarah mencatat, tambah UAS pada poin keenam, kejahatan rezim Assad tidak hanya zaman sekarang. Tetapi pada tahun 1982 mereka juga melakukan “Pembantaian Hamma”, mengorbankan 50 ribu nyawa warga sipil ketika itu (termasuk anak-anak dan kaum wanita).
“Dendam kesumat Bashar Al-Assad terhadap Muslim Sunni sangat jelas terlihat dari hadirnya kekuatan Syiah Iran, Iraq, Hizbullata Libanon pimpinan Hasan Nashrullata, dan Syiah Afghanistan yang membantu Bashar Al-Assad. Tentunya kesamaan ideologis yang membuat mereka bersatu. Ketika Bashar Al-Assad terhambat untuk membantai warga Suriah dengan kekuatan sendiri, dia meminta bantuan Iran, Iraq, dan Hizbullata Libanon. Ketika itu terhambat juga, dia pun meminta bantuan kafir Rusia. Bahkan negara komunis China pun ikut turun mendukung Bashar Al-Assad,” ungkapnya.
“Ketujuh, berdasarkan semua kenyataan ini, maka kami pun turut melaknat Bashar Al-Assad dan mendoakan kecelakaan untuknya. Dalam perkara melaknat orang kafir dan dzalim yang masih hidup secara mu’ayyan (personal), maka kami hanya mengikuti sejumlah dalil dan para ulama,” tandas UAS.*