Hidayatullah.com– Letjen TNI (Purn), Syarwan Hamid, yang 15 tahun membidangi intelijen, mengkritik tindakan Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) Riau Marsma TNI Rakhman Haryadi, yang memaksa pulang pegiat #2019GantiPresiden Neno Warisman di Pekanbaru, Riau pekan kemarin.
Menurutnya, Haryadi melebihi tugas pokoknya sebagai intel. Tugas pokok (Tupok) BIN itu, kata Syarwan, bukan melakukan tindakan eksekusi, melainkan mengumpulkan informasi-informasi.
“Tidak ada hak dia mengusir Neno,” tegasnya saat dihubungi hidayatullah.com, Rabu (29/08/2018). Lagipula, kata Syarwan, #2019GantiPresiden tidak melanggar hukum sebagaimana dikatakan KPU.
Apa yang dilakukan Haryadi kepada Neno, menurut Syarwan, amat tidak pantas dan memalukan. Syarwan meminta atasan BIN menegur, mengusut, dan menindak Haryadi.
“Kepala BIN mesti bertanggung jawab atas anak buahnya yang melanggar Tupoknya,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Neno Warisman dipersekusi dan diadang oleh sekelompok massa di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, Riau, Sabtu (25/08/2018) sore.
Muslimah mantan artis yang kini jadi ustadzah tersebut bahkan ‘disandera’ di dalam mobil oleh kepolisian. Neno lantas dipulangkan paksa kembali ke Jakarta.
Informasi dihimpun hidayatullah.com, Neno datang ke Pekanbaru dalam rangka menghadiri acara deklarasi #2019GantiPresiden yang akan digelar di Pekanbaru, Ahad (26/08/2018) ini. Kedatangan Neno masuk bandara dikawal pihak kepolisian dan TNI.
Akan keluar dari Bandara Pekanbaru, Neno dan rombongannya disambut demonstrasi sekelompok massa. Neno yang ditahan di dalam mobil kepolisian tak bisa bergerak meninggalkan bandara. Sekitar tujuh jam Neno tertahan di gerbang bandara. Mobilnya bahkan dilempari botol oleh massa. Situasi bandara sempat memanas akibat pengadangan dan persekusi tersebut.
Massa yang mendemo Neno menuding, acara deklarasi #2019GantiPresiden yang akan dihadirinya merupakan bentuk makar terhadap pemerintah.
Petugas keamanan tidak melepaskan Neno untuk melanjutkan kegiatannya di Pekanbaru, dengan pertimbangan keamanan. Sekitar pukul 22.30 WIB, Neno dipaksa kembali pulang ke Jakarta.
Proses evakuasi Neno dari tempat kejadian dilakukan atas pengawalan ketat oleh petugas gabungan.
Sebelum meninggalkan Bumi Lancang Kuning, Neno Warisman menyampaikan pernyataannya. Ia mengaku dipaksa pulang oleh Kepala Badan Intelijen Nasional Daerah (Kabinda) Riau Marsma TNI Rakhman Haryadi.
“Akhirnya, teman-teman semuanya saya mengajak Pak Kabinda untuk tidak kasar,” kata Neno.
“Saya shalat dulu dua rakaat sebelum akhirnya memang dilakukan pemulangan, dipulangkan dan dipaksa pulang tepatnya,” ujarnya.* Andi