Hidayatullah.com– Peneliti Senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang juga Wakil Ketua Pergerakan Indonesia Maju (PIM), Prof Dr R Siti Zuhro, menilai pengadangan, persekusi, dan penolakan terhadap gerakan #2019GantiPresiden menyalahi demokrasi.
“Ya menurut saya (persekusi #2019GantiPresiden, Red) menyalahi nilai-nilai demokrasi,” ujarnya kepada hidayatullah.com saat ditemui di Sekretariat CDCC/PIM di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, usai menjadi salah satu pembicara pada diskusi “Membangun Demokrasi Beradab”, Kamis (06/09/2018).
Baca: Pengamat: #2019GantiPresiden Ditunggangi oleh Realitas Negeri ini
Persekusi #2019GantiPresiden dinilai menyalahi demokrasi, menurut Prof Siti, karena tindakan tersebut secara tidak langsung tidak membangun kepercayaan, tapi justru mengedepankan atau mengakumulasi/membangun ketidakpercayaan (distrust building).
“Itu yang tidak bagus,” imbuh Koordinator Presidium Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) ini.
Sementara demokrasi yang sehat dan beradab, menurutnya, adalah dibangun dan ditopang oleh sikap saling menghormati, saling menghargai, saling mempercayai. “Saling-saling yang positif,” imbuhnya, “bukan memperbanyak atau mengakumulasi atau bahkan mengkapitalisasi saling-saling yang negatif,” tegasnya.
Menurut Prof Siti, demokrasi yang beradab adalah yang melibatkan nilai-nilai positif, bukan nilai-nilai negatif.
Menurutnya, demokrasi mengajarkan bagaimana nalar sehat digunakan, nilai-nilai dikedepankan, termasuk nilai-nilai dan falsafah Pancasila. “Jadi di situ ada perikemanusiaan yang adil dan beradab. Itu harus kita jalankan secara seksama,” ujarnya.
Sedangkan keadaban, terangnya, terefleksikan melalui nilai-nilai, tutur kata, sikap, dan tindakan. “Jangan menghalau kontestasi yang akhirnya memunculkan yang namanya ketidakadilan. Itu tidak boleh,” seru Prof Siti.
Ia menjelaskan, dalam konteks demokrasi, pergantian presiden itu suksesi. “Dalam istilah demokrasi, ganti presiden 2019 itu adalah suksesi. Jadi enggak ada yang salah. Kecuali tidak ada pemilu, ganti presiden, itu aneh bin ajaib. Jadi ini masuk ke arena dimana kontestasi dimulai. Memang bukan kampanye, karena belum ada visi-misi. (Kedua pasangan peserta Pilpres 2019) masih bakal calon,” paparnya.
Di sisi lain, menurutnya, begitu pula aspirasi yang berbeda atau berkebalikan dari #2019GantiPresiden juga tidak persoalan.*