Hidayatullah.com– Satu kampung di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, “hilang” akibat gempa bumi berkekuatan 7,7 skala richter (SR) yang kemudian dimutakhirkan oleh BMKG menjadi 7,4 SR yang terjadi pada Jumat (28/09/2018).
Menurut salah seorang warga Petobo yang juga saksi mata kejadian tersebut, Muhajir, 45 tahun, satu kampung tersebut sejak kejadian itu hingga kini sudah tidak jelas lagi bentuknya.
Ia menuturkan, kejadian “hilangnya” kampung itu sangat cepat. “5 detik,” tuturnya kepada hidayatullah.com, Selasa (02/10/2018).
Media ini berhasil mewawancarai saksi mata tersebut lewat relawan Tim Aksi Solidaritas Kemanusiaan (TASK) Hidayatullah yang berhasil tembus ke Petobo, Hanif.
Hanif yang menyaksikan langsung bagaimana kondisi Petobo mengkonfirmasi “hilangnya” kampung tersebut.
“Wilayah Petobo 75 persen hancur rata serta korban belum terevakuasi,” ungkapnya langsung dari Petobo, Selasa pagi kepada hidayatullah.com.
Muhajir mengaku tidak bisa menceritakan detail kejadian tersebut karena begitu cepatnya. “Enda bisa dijelaskan persisnya bagaimana karena terlalu singkat, Pak, lima detik saja kejadian,” tuturnya.
Namun ia masih ingat, sebelum kejadian itu, ia sedang duduk-duduk di rumahnya. Tiba-tiba gempa keras mengguncang kawasan tersebut. Ia pun melihat dengan kepala mata sendiri, sebuah pemandangan mencengangkan di kampung yang berjarak sekitar 15 meter di depannya.
“Tanahnya pecah, airnya keluar, lokasinya pindah ke bawah, tenggelam,” tuturnya.
Kemudian tanah terbalik, bagian yang di atas tanah berpindah ke bawah, dan yang dibawah pindah ke atas. Lokasi itu pun, tuturnya, bergeser cukup jauh dari posisi semula. Dan posisi kampung ini digantikan oleh bidang tanah lain yang entah dari mana.
“Tak jelas, tak karuan sudah kelihatan bentuknya bagaimana,” ungkapnya menggambarkan kebingungannya soal lokasi yang ada sekarang.
Kondisi bekas kampung itu kini dilihatnya seperti bekas tanah penggusuran atau bekas tambang. Yang tampak sisa-sisa bangunan seperti atap rumah dan puing-puing lainnya.
Menurut Muhajir, sebelum kejadian, di kampung tersebut dihuni sekitar 8.000 jiwa, mulai dari anak-anak, kaum wanita, hingga orang dewasa dan orangtua. “Semua,” ujarnya.
Namun setelah kejadian hingga saat ini, menurutnya baru ada sekitar 1.000 orang yang diketahui selamat alias masih hidup. Artinya, diperkirakan ribuan orang lainnya masih tenggelam dalam lumpur. Ia mengakui tanah di Petobo memang mengandung lumpur.
Muhajir pun mengakui hingga saat ini belum ada bantuan dari pemerintah atau relawan ke Petobo. Muhajir turut mengungsi bersama warga lainnya.
Ia berharap pemerintah dan para relawan serta lembaga kemanusiaan untuk segera memberi bantuan ke kampung tersebut.
Apa yang paling dibutuhkan?
“Semua,” ungkapnya, seraya menyebut berbagai kebutuhan pangan, sandang, papan, dan sebagainya.
Baca: Pesantren Kena Gempa dan Tsunami, Santri-Ustadznya Selamat
Data Pemerintah
Sementara itu, menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, ada sekitar 744 unit rumah di Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, yang tertimbun lumpur akibat gempa bumi, Jumat.
Menurut Sutopo, fenomena tanah yang berubah menjadi lumpur dan kehilangan kekuatan disebut likuifaksi.
Katanya, efek likuifaksi tersebut seolah-olah membuat perumahan di Petobo terkesan hanyut dan ditelan bumi. Hal itu disebabkan oleh massa dan volume lumpur yang keluar dalam jumlah besar saat gempa.
Baca: Satu Pesawat Asing Bawa Bantuan Ditolak Mendarat di Palu
Sutopo menyampaikan dalam konferensi pers di kantor BNPB, Jakarta, Senin (01/10/2018). BNPB juga memperkirakan ada ratusan korban yang ikut tertimbun dalam material lumpur tersebut.
Kondisi di Kelurahan Petobo yang terkena efek likuifaksi juga memberikan kendala. Sutopo mengatakan, proses evakuasi di lokasi tersebut dinilai sulit.
Namun, Sutopo memastikan tim gabungan akan terus berjuang mengevakuasi korban yang tertimbun.
Proses evakuasi sangat sulit. Kalau rumah tertimbun longsor masih relatif mudah, tetapi dalam kondisi di Petobo ini cukup sulit dilakukan evakuasi, paparnya.*
Menurut Sutopo, meski ada kemungkinan ratusan orang tertimbun, tapi kemungkinan banyak yang selamat dan sudah menyebar ke pengungsian.
“Di Petobo memang diperkirakan banyak korban. Tapi masih harus dicek karena banyak juga yang selamat dan menyebar di pengungsian,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho kepada detikcom, Senin (1/10/2018).
Dari informasi yang didapat Mapeda dari warga Petobo, perkampungan itu disebut ‘menghilang’. Petobo, menurutnya, menjadi satu permukiman yang paling parah terdampak gempa.
“Rumah tenggelam sampai 8 meter. Ada yang 5 meter. Jadi semacam tanah disulap, rumah hilang. Padahal itu perkampungan, jadi tertelan tanah,” ucapnya.*
Berita gempa dan tsunami Palu bekerjasama dengan Dompet Dakwah Media