Hidayatullah.com– Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) menggelar diskusi bertema “Arah Politik Ulama” yang diselenggarakan di AQL Islamic Center, Jakarta, semalam, Selasa malam (20/11/2018).
Sekjen MIUMI Ustadz Bachtiar Nasir menjelaskan apa yang dimaksud dengan Arah Politik Ulama.
Hal itu disandarkan kepada Al-Qur’an Surat An-Nur ayat 55 yang artinya “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”
UBN, sapaannya, menerangkan, dalam ayat itu janji Allah bahwa Dia akan menjadikan berkuasa di muka bumi sebagaimana Allah menjadikan orang-orang terdahulu berkuasa jika beriman dan beramal shaleh.
Kemudian, Allah menegaskan akan meneguhkan agama yang telah diridhai-Nya. Artinya, papar UBN, akan dimenangkan secara kekuasaan tapi tujuannya bukan untuk menang-menangan, tetapi supaya menegakkan agama Allah.
“Bukan mentang-mentang berkuasa proyek dipegang semua. Tujuan kita bukan itu,” ujarnya.
Selanjutnya, Allah akan mengubah keadaan yang sebelumnya penuh ketakutan menjadi aman dan sentosa.
“Ini yang membuat para ulama tenang, tapi umat di bawah grasak-grusuk, apalagi buka WhatsApp rasanya kayak besok Indonesia mau kiamat. Saling menjelekkan calon sana dan sini,” terangnya.
Hanya saja, lanjut UBN, ketiga hal itu yakni kekuasaan (istikhlaf), keteguhan agama (tamkin), dan rasa damai sentosa akan tetap dimiliki dengan melakukan dua hal lain, yakni tetap menyembah Allah dan tiada mempersekutukan sesuatu apapun.
“Kalau ketiga faktor tadi hilang, maka kekuasaan hilang, beragama akan sulit, dan penuh ketakutan. Dan ini gara-gara sudah tidak menjalankan yang dua itu, mungkin tauhidnya kepada Allah mulai menurun, serta membiarkan kemusyrikan,” ungkapnya.
“Nah, Al-Qur’an sudah menjelaskan itu, dan inilah arahan ulama,” tutup UBN.
Turut hadir pada kesempatan itu pengurus MIUMI Pusat lainnya di antaranya Ustadz Zaitun Rasmin, Dr Ahmad Zein An-Najah, Dr Henri Shalahuddin, dan KH. Idrus Romli.* Yahya G Nasrullah