Hidayatullah.com– Warga Uighur di Xinjiang, China, dilarang membuat toilet dan kamar mandi di rumahnya. Demikian diungkapkan salah seorang wanita yang pernah tinggal di China, dr Arna, demikian namanya disebut oleh MC aksi bela Uighur.
Sang Muslimah berjilbab tersebut memberikan kesaksiannya pada aksi bela Uighur di depan Kedubes China di Jakarta, Jumat (21/12/2018).
Suatu saat ia mengaku berkunjung dan menginap di rumah warga Xinjiang di China. Pada pagi dinihari, ia punya keperluan ke kamar kecil untuk berhajat, lalu membangunkan anak tuan rumah untuk ditunjukkan WC/toilet. Mengetahui itu, anak tersebut malah mencari kunci untuk membuka gembok rumah.
Baca: Bendera China Diinjak dan Dibakar, Poster Xi Jinping Disobek
Muslimah tadi heran. “Saya bingung, kenapa cari gembok? Saya mau ke WC bukan mau pulang,” ungkapnya kepada anak itu, dalam ceritanya di atas mobil komando aksi tadi.
Ternyata, ungkap anak tuan rumah, di rumah mereka tidak ada kamar mandi/toilet. “Iya, kita enggak boleh bikin kamar mandi sama WC,” ungkapnya ditirukan sang orator itu.
“Di situ saya baru tahu ternyata keluarga Xinjiang tidak boleh bikin kamar mandi dan WC di dalam rumahnya. Kasihan banget, kan?” ungkapnya.
Ia pun merasa begitu kasihan. Apalagi kalau seandainya orang-orangtua ingin berhajat terpaksa harus keluar rumah dulu. “Saya betul-betul kasihan kalau yang tua-tua itu gimana?”
Ia juga mengungkapkan, warga Uighur –atau di sana katanya lebih dikenal sebutan orang Xinjiang– kalau tinggal di luar Provinsi Xinjiang, mereka pasti berkoloni.
“Mereka bangun masjid, masjid laki untuk laki, masjid perempuan untuk perempuan,” ungkapnya.
“Jadi kalau mandi, yang perempuan mandi di tempat wudhu perempuan, sehingga mereka mandinya hanya sekadarnya ya.”
“(Mereka) enggak bisa mandi yang benar karena mereka enggak bisa bikin kamar mandi dan WC (di rumah).”
“Kalau WC-nya (yang ada di luar rumah pun) WC bersama,” ungkapnya. “Kalau jam 2 pagi harus keluar dari pintu gerbang, buka gerbang, keluar ke WC hanya untuk buang air kecil. Ini sedih sekali.”
“Untuk wudhu segala macam itu mereka memang susah karena harus keluar rumah,” tambahnya.
Baca: Pemerintah Jangan Seolah-olah Bisu, Tuli, Buta Terhadap Uighur
Selain soal itu, etnis Uighur juga diperlakukan berbeda terkait paspor, ungkapnya. Orang Uighur atau orang Xinjiang, kata dia, kalau bertemu dengan orang asing selalu bertanya “Punya paspor?”
“Punya, saya bilang. Mereka selalu lihat. Mereka tidak boleh bikin paspor. Bayangkan. Jadi mereka itu tidak boleh untuk umrah atau haji loh. Kalau yang kita temui di Makkah itu yang China-China yang berhaji dan berumrah, itu bukan orang Xinjiang, itu bukan dari Provinsi Xinjiang. Saya yakin karena saya tinggal di sana. Ini menyedihkan.”
Ia menjelaskan, di China sana, lebih dikenal Urumqi sama Xinjiang. “Kurang dikenal dengan sebutan Uighur. Saya kenalnya Xinjiang, sebutannya.”*
Baca: Kekuatan Ekonomi Politik China Persulit Penyelesaian Kasus Uighur