“BAKWAN, bakwan, tahu isi, tahu isi, air, air!”
Puluhan ibu dan sebagian bapak, berteriak-teriak di pinggir Jl Dr Ide Anak Agung Gde Agung, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (21/12/2018). Suasana ramai siang itu sekitar pukul 14.45 WIB, warga hilir mudik.
Para ibu dan bapak tersebut ‘menjajakan’ makanan dan minuman kepada siapa saja yang melintas. Khususnya peserta aksi bela Uighur. Di situ memang banyak penjual, tapi mereka bukan sedang berjualan.
Makanan dan minuman itu pemberian cuma-cuma sebagai bentuk dukungan terhadap para peserta aksi.
Mendapati pembagian itu, jelas saja peserta aksi yang melintas di situ menerima atau mengambilnya sendiri. Tapi ada juga yang menolak dengan halus, menyatakan dirinya sudah cukup. “Silakan buat yang lain lebih memerlukan,” ujar seorang peserta merendah, seraya berjalan menuju panggung utama aksi.
Para dermawan tersebut adalah para Muslimah dari Gerakan Ibu Negeri (GIN) yang didirikan oleh Neno Warisman. Tapi mereka lebih senang dipanggil “emak-emak”.
Kehadiran anggota GIN di lokasi sekitar aksi bela Uighur depan Kedubes China, Kuningan, itu sebagai bentuk kepedulian terhadap saudara-saudara Muslim etnis Uighur yang sedang ditindas di China sana.
Baca: Pemerintah Jangan Seolah-olah Bisu, Tuli, Buta Terhadap Uighur
Anggota GIN tersebut hadir dari berbagai daerah se-Jabodetabek.
“Save Uighur, we stand with Uighur,” bunyi salah satu poster dukungan terhadap Uighur yang mereka bawa dan tampilkan di sela-sela melayani para peserta aksi.
Sebagai emak-emak yang punya anak, kehadiran mereka pada aksi tersebut merupakan bentuk kepedulian terhadap hal-hal sensitif termasuk krisis di Xinjiang, China. “Kami perlu bersuara lah,” ujar Wasekjen GIN Maya kepada hidayatullah.com ditemui di sela-sela aksi GIN berbagai makanan minuman gratis.
Apalagi, kata dia, kebanyakan korban dari penindasan terhadap Uighur di China adalah para ibu dan anak-anak. Sehingga, rakyat Indonesia ingin menolong mereka tapi tidak bisa. Maka, hadir pada aksi tersebutlah usaha yang bisa mereka lakukan.
“Ini bagian dari suara Muslim dunia,” ujarnya.
Adapun makanan dan minuman gratis itu merupakan hasil swadaya anggota GIN. “Kami ngumpulin donasi dari anggota GIN,” jelas Maya, setiap acara atau aksi seperti itu pasti semua anggota ingin berinfaq.
Pada kesempatan itu, mereka mengumpulkan ratusan botol dari puluhan kardus air minum, serta ratusan makanan khususnya kue-kue, lalu dibagi-bagikan.
“Jadi biasanya kita memang sediakan logistik,” ujarnya.
Begitu semangatnya, mereka sudah hadir di lokasi aksi sejak sebelum Jumatan, padahal aksi damai yang diikuti ribuan massa dari berbagai elemen itu baru dimulai bakda Jumatan.
Lalu bagaimana mereka membagi waktunya dengan keluarga, mengingat anggota GIN tersebut adalah para ibu yang notabene punya keluarga terutama anak di rumah?
“Kita sudah pengalaman, sebelum berangkat ke sini sudah masak dulu, nyuci dulu. Alhamdulillah ibu-ibu sudah biasa,” jelasnya. Bahkan mereka juga sudah dapat restu dari keluarga dan orangtua. “Ada juga yang suaminya ikut (aksi),” imbuhnya.
Baca: Mengenal Muslim Uighur
Di sisi lain, dorongan mereka untuk mengikuti aksi bela Uighur tersebut karena spirit ukhuwah Islamiyah yang belakangan ini semakin menguat di Indonesia pada khususnya pasca Aksi Bela Islam.
Spirit 212 donk? “Jelllasss,” jawab mereka.
“Kita-kita ini emak-emak militan,” imbuh Muslimah lainnya dengan semangat.
“Ini semua kan alumni semua (212),” terang Maya.
Dengan momentum itu pula, para Muslimah tersebut berkesempatan untuk berbagi kepada warga masyarakat lainnya khususnya yang ikut aksi.
“Kita bersedekah,” ujar Efi aktivis dari RGP 2019 di lokasi yang sama.*