Hidayatullah.com– Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Capres nomor urut 02, Prabowo Subianto, menegaskan bahwa tidak boleh lagi ada kriminalisasi-kriminalisasi terhadap ulama.
Oleh karena itu, ia berjanji jika nanti terpilih sebagai presiden pada Pemilu 2019, akan menegakkan keadilan di bidang hukum, serta menjalankan demokrasi dengan sebaik-baiknya (berkualitas). Demikian salah satu fokus utamanya dalam visi-misinya sebagai capres.
“Untuk menjami demokrasi, kami akan menjamin semua hak-hak yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar kita. Terutama kemerdekaan berserikat dan mengeluarkan pendapat serta kebebasan pers,” ujarnya saat menyampaikan Pidato Kebangsaan “Indonesia Menang” di JCC Senayan, Jakarta, semalam, Senin (14/01/2019).
Ia mengaku, bersama Sandiaga jika terpilih nanti akan menghentikan ancaman persekusi terhadap individu, organisasi, yang bisa saja berseberangan pendapat dengan pemerintah.
“Kita akan menerima kritik sebagai upaya mengendalikan diri agar kita tidak salah jalan,” imbuhnya yang berdiri di samping cawapres Sandiaga Uno.
Baca: Pidato Prabowo Paparkan 5 Strategi Utama “Indonesia Menang”
Baginya, kritik adalah justru untuk mengamankan jalannya pemerintah Republik Indonesia. Karena pemerintah Republik Indonesia harus melayani kepentingan rakyat, tidak boleh pemerintah mengakal-akali rakyatnya sendiri.
“Kami akan pastikan bahwa semua pemuka agama dari semua agama terutama ulama-ulama kita dihormati dan bebas dari ancaman persekusi dan kriminalisasi. Ini menjadi sangat penting karena dalam bangsa Indonesia dalam sejarah kita, peran ulama sangat-sangat berjasa dalam perjuangan kemerdekaan kita,” tegasnya berapi-api lantas disambut pekikan takbir “Allahu Akbar” oleh sebagian hadirin yang memadati ruang acara.
Prabowo menjelaskan. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia memang dikumandangkan di Jakarta, 17 Agustus 1945.
“Tapi, tapi, kemerdekaan kita diuji, diuji, ditantang di Jawa Timur, yang puncaknya adalah ditolaknya ultimatum asing oleh rakyat Jawa Tmur dan rakyat Indonesia yang ada di Surabaya.
Pertempuran Surabaya Oktober November 1945 didukung oleh Resolusi Jihad para ulama-ulama besar,” ujarnya.
Baca: Ulama-Habaib Jawa Timur Deklarasi Dukung Prabowo-Sandi di Sidogiri
“Dan saya katakan kepada kalian, (bahwa) Pak SBY, saya, kami prajurit TNI dulu waktu muda, kami diangkat sumpah untuk membela Pancasila dan UUD 45.
Waktu kami, waktu Pak Djoko Santoso kami di asrama, kami hidup dengan semua suku dengan semua agama. Komandan kami adalah pernah orang Katolik, pernah orang Kristen, pernah orang Hindu, tidak ada masalah,” ungkapnya lalu terdengar teriakan “hidup komandan”.
“Tidak mungkin Pak SBY, tidak mungkin Djoko Santoso, tidak mungkin saya akan mau untuk mengancam atau tidak melindungi minoritas -minoritas lain,” tambahnya disambut tepuk tangan dalam acara yang disiarkan live streaming berbagai platform media sosial dan sempat ditayangkan langsung beberapa TV swasta nasional itu.
Ia mengatakan, “Islam di Indonesia adalah rahmatan lil alamin, melindungi semuanya, saudara-saudara sekalian. Jadi janganlah coba-coba stigmatisasi satu kaum atau satu kelompok, saudara-saudara.”
Ia pun mengingatkan suatu hal yang penting bagi semua kalangan ya.
“Kalau dengar takbir, kalau dengar ‘Allahu Akbar’, jangan ada yang persoalkan. itu bukan mengancam siapa-siapa,” lagi-lagi terdengar pekikan takbir dari arah hadirin.
“(Takbir) itu memuliakan Tuhan yang kita cintai, Tuhan Maha Besar,” tambah Prabowo, “Di semua agama juga ada (seperti) begitu, silakan.”
Baca: #PidatoKebangsaanPrabowo #IndonesiaMenang Trending Topic
Prabowo menambahkan. Pihaknya juga akan memastikan tidak boleh ada organisasi yang disebut sudah taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang terus menerus distigma dan dihakimi tanpa pengadilan.
“Kami akan pastikan hukum di negeri ini tidak pandang bulu dan tidak tebang pilih. Keadilan harus untuk semua, bukan hanya untuk mereka yang kuat dan punya uang,” tegasnya yang menutup pidatonya dengan bertakbir “Allahu Akbar” dan berteriak “Merdeka!” beberapa kali.*