Hidayatullah.com– Psikolog Liza Djaprie menilai Audisi Djarum Beasiswa Bulutangkis mempengaruhi psikologi anak.
Ia menjelaskan, daya analisis anak-anak masih minimalis sekali, dan daya logika mereka juga belum berfungsi dengan baik.
Jadi ketika paparan iklan Djarum sangat banyak dan dilakukan secara terus-menerus di mana-mana dan dengan memberikan sesuatu hal yang baik, maka kata Liza, alam bawah sadar mereka menganggap Djarum dan segala konten yang berkaitan dengan Djarum sebagai suatu hal yang baik.
Selain itu, tambahnya, mereka akan menilai Djarum sebagai pihak baik yang memberikan sesuatu yang baik untuk masa depan Indonesia.
“Belum lagi kalau orangtua yang tidak paham mengatakan (ke anaknya) ‘Bahwa ini suatu hal yang baik loh, nak. Ada orang baik mau membantu kita’. Terus (anak) dibombardir warna merah hitam putih (warna Djarum), (maka) warna-warna itu langsung masuk ke memori anak,” terang Liza dalam jumpa pers di kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jakarta, pada Kamis (14/02/2019).
Baca: YLA duga Audisi Djarum Beasiswa Bulutangkis Eksploitasi Anak
Mengapa anak-anak yang disasar Djarum? Karena, kata Liza, iklan itu akan nyantol di dalam memori anak, merujuk teori psikologi periklanan.
“Kayak program yang dimasukkan di komputer kita, di memori otak anak ini tinggal nunggu waktu kapan terpencetnya. Jadi ribuan anak-anak ini kemudian menjadi calon konsumen berikutnya bagi si produsen rokok tersebut,” jelasnya.
Ketika anak-anak nanti tumbuh jadi ABG, dan pada akhirnya harus membeli rokok, maka, kata Liza, merek pertama kali yang terbersit dan mereka beli adalah merek yang selama ini membombardir mereka baik lewat warna, merek, dan perilaku baiknya.
Baca: YLA Desak Djarum Foundation Hentikan ‘Eksploitasi Anak’
“Sesuatu yang kita lihat terus-terusan, itu akan masuk ke dalam otak, tinggal menunggu waktunya saja kapan itu terpencet dan kemudian teraktivasi, sehingga perilaku membelinya terjadi,” ujarnya.
Terakhir ia mempertanyakan, “Kalau ini murni untuk beasiswa, kenapa tidak dibuat netral? Kenapa ada logo Djarumnya?”
Sebelumnya, Yayasan Lentera Anak (YLA) mengungkapkan, sejak tahun 2006, salah satu perusahaan rokok telah melakukan eksploitasi anak berkedok audisi bagi anak-anak untuk mendapatkan pelatihan bulu tangkis oleh perusahaan rokok ini.
Mulanya audisi ini hanya digelar di Kudus, Jawa Tengah. Namun hingga kini, menurut YLA, audisi ini sudah melebar hingga ke 10 kota. Awalnya, peserta mulai dari 15 tahun, kini mereka juga menyasar anak berusia mulai 6 tahun hingga 15 tahun.
Baca: KPAI: CSR Industri Rokok Topeng Eksploitasi Anak Terselubung
YLA menemukan jumlah peserta audisi Djarum Beasiswa Bulutangkis naik hingga lebih 13 kali lipat dalam 10 tahun terakhir. Total selama 10 tahun ada 23.683 anak ikut serta. Audisi yang melibatkan anak usia 6-15 tahun ini menurut YLA, tidak sebatas membiasakan merek rokok kepada mereka, namun patut diduga ada tindakan eksploitasi anak.
“Lebih dari 23.000 anak yang mengikuti kegiatan tersebut, tubuhnya dimanfaatkan sebagai media promosi brand image produk tembakau tertentu dengan mengharuskan peserta mengenakan kaos bertuliskan Djarum yang merupakan brand image produk zat adiktif yang berbahaya,” ungkap Ketua YLA, Lisda Sundari, dalam jumpa pers, Kamis, tersebut.* Andi