Hidayatullah.com– Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letnan Jenderal TNI Doni Monardo, menekankan bahwa kunci penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) adalah perbuatan manusia.
Data BNPB menyebutkan 99% karhutla disebabkan karena ulah manusia. Oleh karena itu, ia mengatakan bahwa pendekatan terhadap warga pembakar perlu menjadi perhatian setiap pihak. Sebab, hutan merupakan aset berharga bagi kehidupan masyarakat termasuk di Jambi.
Hal tersebut disampaikan Kepala BNPB di hadapan Gubernur Jambi Fachroci Umar beserta jajaran pada Forum Koordinasi Pimpinan Daerah se-Provinsi Jambi, Sabtu (16/03/2019).
Doni menyampaikan, wilayah Jambi dikenal dengan kekayaan satwa yang langka seperti harimau, gajah, dan badak. Selanjutnya, Doni menggugah para peserta Rapat Koordinasi Penanggulangan Bencana Provinsi Jambi, dengan pertanyaan apabila hutan tidak ada lagi, lalu bagaimana dengan satwa-satwa langka tadi bertahan hidup.
“Apakah kita hanya akan mengenang satwa-satwa tadi kelak?” ujar Doni sebagaimana rilis BNPB.
Pembicaraan hutan ini sangat berkaitan dengan potensi bahaya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di wilayah Jambi.
Doni mengajak pemerintah setempat dan jajaran untuk membuat program yang mampu menyentuh aspek pemberdayaan masyakarat. Satu contoh upaya yang dapat dilakukan seperti memilih tanaman komoditi yang menghasilkan nilai ekonomi bagi masyarakat, seperti kopi dan pinang.
Menurut Doni, saat ini pinang menjadi komoditi beberapa negara, seperti China dan India. “India menggambil pinang dari Aceh. Berapa banyak pohon pinang di tanah Jambi ini?”
Doni mengilustrasikan bagaimana komoditi tanaman dapat memberikan nilai ekonomi tinggi bagi masyarakat. Perdagangan dunia ratusan tahun lalu dikuasai oleh Vereenigde Oostindische Compagnie atau dikenal dengan VOC. Badan dagang yang didukung negara tersebut memiliki kekayaan dengan nilai sangat fantastis, sekitar USD 7,9 triliun. Kekayaan itu banyak bersumber dari komoditas tanaman yang dihasilkan dari Nusantara saat itu.
Di samping itu, Indonesia masih mengimpor kopi dengan besaran 300 sampai dengan 600 ton per tahun, padahal negeri ini pengekspor kopi ke-5 di dunia.
Hal tersebut dicontohkan Kepala BNPB untuk menciptakan upaya humanis yang lebih meningkatkan martabat masyarakat. Hutan yang menjadi kekayaan masyarakat Jambi sebisa mungkin tidak untuk ditebang dan dibakar, tetapi dilestarikan untuk generasi masyarakat Jambi ke depan.
Pada tahun 2018, luas hutan dan lahan terbakar mencapai 970,16 hektare, dengan rincian gambut 272,06 ha dan lahan mineral 698,1 ha. Sementara itu, luas lahan gambut di Provinsi Jambi mencapai 617.562 ha.
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi, empat wilayah kabupaten yang berpotensi karhutla adalah Tanjab Timur, Batang Hari, Bungo, dan Sarolangun. Mengantisipasi potensi kahutla di tahun 2019 ini, BPBD Provinsi terus melakukan upaya sosialisasi tentang cegah karhutla dan penguatan program Desa Tangguh Bencana.
Sementara itu, hujan dengan kategori tinggi masih berpotensi terjadi hingga April 2019 di beberapa wilayah kabupaten/kota, yaitu Kerinci, Kota Sungai Penuh, Merangin, Bungo, Sarolangun, Tebo, Batanghari, dan sebagian kecil Muaro Jambi.
Di sisi lain, peluang El Nino Lemah pada bulan Maret hingga Agustus 2019. Awal musim kemarau di wilayah Jambi diprediksikan secara umum terjadi pada bulan Juni.*