Hidayatullah.com– Pemerintah Kabupaten Konawe Utara memperpanjang status tanggap darurat bencana selama dua pekan, mulai dari tanggal 16 hingga 29 Juni 2019. Perpanjangan status ini untuk menjamin penyelenggaraan penanganan darurat kepada warga terdampak.
Berdasarkan pantauan, hingga kini banjir mulai surut.
“Alhamdulillah kondisi banjir sudah surut, cuman sebagian warga masih belum bisa tempati rumah mereka karena masih tergenang lumpur jadi mereka masih berada di posko pengungsian,” ujar salah seorang relawan, Sulaiman Mu’adz di Konawe Utara, kepada hidayatullah.com, Sabtu (22/06/2019) sore.
Sebelumnya, sekitar 10 persen wilayah di Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara masih tergenang air dengan ketinggian beragam, data hingga (20/06/2019).
Jalan trans Sulawesi masih tergenang di dua titik, yaitu Desa Linomoyo dan Desa Sambadete. Kedua wilayah ini berada di daerah dengan topografi cekungan. Sementara itu, sisa genangan terdapat di Kecamatan Oheo terletak setelah jembatan Sambadete dengan tinggi air sampai 3 meter diperkirakan 2– 3 hari bisa dilalui, genangan terjadi akibat cekungan jalan di jembatan Sambandete.
Baca: Rumah Warga Korban Banjir Konut Tak Bisa Lagi Digunakan
Sehari sebelumnya (19/06/2019), BNPB mencatat satu desa, yaitu Desa Asemi Nunulai di Kecamatan Asera masih terisolasi. Di sisi lain, tiga desa di Kecamatan Landawe belum dapat dijangkau karena akses jalan yang terputus, yaitu Desa Landiwo, Tambakua, dan Landawe Utara. Namun demikian, pelayanan kebutuhan dasar telah dilakukan kepada warga di desa tersebut.
Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) dan TNI masih mengoperasikan dua helikopter untuk pendistribusian logistik bantuan untuk wilayah Konawe dan Konawe Utara.
“Di samping itu, dorongan logistik bantuan juga telah dilakukan melalui jalan darat. Jembatan bailey di Asera sudah dapat dilalui sehingga memudahkan distribusi bantuan,” jelas Dra Rita Rosita S Kepala Bidang Humas BNPB baru-baru ini dalam siaran persnya.
Baca: Dilanda Banjir, Desa di Konut “Hilang”, Tersisa 1 Masjid 8 Rumah
BNPB juga melakukan pemantauan penanganan darurat terus dilakukan, serta pengiriman logistik dan pelayanan dapur umum kepada para penyintas.
Berdasarkan pantauan BNPB pada Rabu (20/06/2019), masyarakat setempat sudah mulai melakukan pembersihan rumah dari sisa-sisa material yang terbawa oleh banjir. Merespons kejadian bencana tersebut, BNPB dan multipihak telah memberikan bantuan kepada pemerintah daerah setempat.
“Kerugian materil mencakup rumah hanyut 370 unit dan terendam 1.837 unit. Banjir juga menyebabkan lahan pertanian tergenang dengan rincian lahan sawah 970,3 ha, jagung 83,5 ha, dan lainnya 11 ha, sedangkan sektor perikanan yaitu tambak seluas 420 ha,” jelasnya.*