LANGKAH kecil Mu’adz berderap menuju posko relawan. Bocah berusia 5 tahun ini membawa sebuah informasi penting dan darurat, harus segera ia sampaikan kepada relawan.
Posko itu terletak di sebuah ruko di Desa Mataiwai, Kecamatan Andowia, Kabupaten Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tengara. Kabupaten ini merupakan salah satu daerah yang dilanda banjir bandang sejak sebelum lebaran Idul Fitri 1440H.
Mu’adz bukanlah korban banjir. Bukan pula kabar tentang banjir yang ia emban. Akan tetapi, kabar itu telah membuat seisi posko tadi “gempar” begitu ia sampaikan.
Ada apa gerangan?
“Ummi mau melahirkan,” ungkap Mu’adz singkat setibanya di posko kepada Murdianto dan Hamsa, dua orang relawan yang sedang bersiaga.
Karuan saja, kedua relawan langsung bergerak sigap, mengecek kondisi umminya Mu’adz. Mereka mengikuti bocah tadi menuju rumahnya yang berjarak sekitar 10 meter dari posko. Sebelum mereka mendekati pintu rumah Mu’adz, terdengar suara rintihan menahan sakit dari seorang wanita, ibu Mu’adz.
Muslimah berjilbab itu sudah menderita kesakitan layaknya wanita yang akan melahirkan. Setiap tiga menit rasa sakit itu memuncak saat terjadinya kontraksi. Situasinya sudah darurat. Relawan segera bertindak untuk membawa ibu Mu’adz ke tempat persalinan terdekat. Masalahnya, di posko mereka cuma tersisa satu unit sepeda motor. Pagi sebelumnya, hari itu juga, Senin (17/06/2019), dua mobil relawan dipakai untuk mengantar bantuan dan tugas lainnya.
Murdianto pun segera mengabarkan sejumlah rekannya yang sedang berpencar menjalankan tugas masing-masing.
“Darurat, istri Ustadz Sulaiman mau melahirkan,” infonya langsung disampaikan ke grup koordinasi relawan sekitar pukul 09.40 WITA.
Mereka adalah para pengemban misi kemanusiaan dari Laznas BMH, SAR Hidayatullah, dan Pos Dai, membantu korban banjir bandang di Konawe Utara. Sejumlah armada milik Hidayatullah diturunkan ke lokasi bencana.
Namun tentunya, mobil yang dipakai bertugas tadi tak bisa segera kembali ke posko. Murdianto dan Hamsa terus berdoa dan memutar otak, berharap istrinya Sulaiman bisa segera dibawa ke rumah bersalin.
“Kendaraan apa ini yang bisa dipakai ke bidan terdekat?” batin Murdianto.
Syukur kepada Allah, tahu-tahu melintas sebuah ambulans di jalan raya. “Alhamdulillah lewat ambulans BKkBN lengkap dengan dua bidan dan salah satunya Ketua Ikatan Bidan Konawe Utara,” tutur Murdianto yang juga anggota SAR Hidayatullah Sulawesi Utara kepada hidayatullah.com saat itu.
Baca: Rumah Warga Korban Banjir Konut Tak Bisa Lagi Digunakan
Singkat cerita, mereka menyetop ambulans tersebut dan meminta mengantarkan ibu Mu’adz ke rumah bersalin. Jika biasanya relawan itu mengevakuasi korban banjir, kali ini tidak.
Lantas dimanakah ayah Mu’adz? Ialah Sulaiman Mu’adz, 31 tahun. Jelang menit-menit krusial itu, sejak Senin pagi Sulaiman pergi bertugas membawa bantuan untuk korban banjir. Ia tak bisa segera menemani sang istri, apalagi selepas bencana banyak akses jalan dan jembatan di Konawe Utara yang aksesnya rusak dan terputus.
Detik-detik jelang istrinya melahirkan, begitu mendapatkan info itu, Sulaiman memanjatkan doa sebanyak mungkin dan sepenuh-penuhnya harapan kepada Allah. Berharap kekasih hatinya itu selamat bersama sang bayi.
Harapan itu akhirnya terkabul. Istri Sulaiman berhasil melewati fase-fase kritis yang mempertaruhkan nyawa dua jiwa itu. Ia melahirkan sang bayi dengan normal.
“Alhamdulillah telah lahir dengan selamat putri Ustadz Sulaiman,” Murdianto segera melaporkan kabar bahagia itu ke rekan-rekannya dan media ini sekitar pukul 09.55 WITA, hari itu juga.
Proses persalinan itu berlangsung lancar. “Kurang dari lima menit. Pertolongan Allah tak pernah terlambat,” ungkapnya.
“Alhamdulillah, Barakallah,” sahut rekan-rekannya mengungkapkan kebahagiaan sekaligus doa atas hadirnya seorang bayi di tengah suasana bencana banjir di Konut.
Baca: Relawan FPI & Hidayatullah Bersihkan Masjid Terendam Banjir di Konawe Utara
Nama Sang Bayi…
Sulaiman adalah salah seorang dai setempat yang juga merupakan Ketua DPD Hidayatullah Konowe Utara. Pada masa darurat banjir, ia terjun langsung menjadi relawan, membantu korban bencana di berbagai titik, dari lokasi banjir yang terparah hingga posko dan tenda-tenda darurat yang didirikan warga.
Bersyukur bagi Sulaiman. Rumahnya aman dari banjir, sehingga ia bisa maksimal berjibaku dengan relawan lainnya yang datang dari berbagai daerah ke Konut. Walaupun istrinya sedang hamil tua saat bencana itu datang, –selain mencurahkan perhatian kepada sang istri– ia tetap merelakan waktunya untuk membantu warga lainnya.
Kesyukurannya pun bertambah. Di tengah suasana darurat banjir itu, Allah mengkaruniakan kepadanya seorang bayi cantik.
Kondisi belahan jiwanya itu sehat wal afiat hingga saat ini. “Alhamdulilah sehat. (Dia) anak keempat,” ujarnya kepada hidayatullah.com, Sabtu (22/06/2019).

Sampai berita ini dimuat, sang putri belum ia beri nama. Dai BMH yang sudah bertugas selama 6 tahun di Konut tersebut masih terus memikirkan nama terbaik untuk putrinya. Maklum, walau sedang punya bayi, Sulaiman masih terus berbagi kepedulian, antara keluarganya dan warga masyarakat yang membutuhkan kehadirannya di tengah masa tanggap darurat saat ini.
Ia mengakui masih belum fokus memikirkan nama bayinya karena fokus lebih besarnya memikirkan warga korban bencana. Apalagi, Pemerintah Kabupaten Konawe Utara memperpanjang status tanggap darurat bencana selama dua pekan, mulai dari tanggal 16 hingga 29 Juni 2019.
Walau bayinya belum diberi namanya, yang jelas ia sudah punya harapan besar untuk generasi pelanjutnya itu.
“Harapannya semoga jadi anak shalehah, kemudian jadi daiyah tangguh yang lebih militan lagi dari abinya dan bermanfaat bagi umat,” ujarnya berharap. Aamiin!*