Hidayatullah.com– Wakil Ketua Komisi X DPR RI Reni Marlinawati mengatakan, ide mendatangkan rektor asing untuk Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) semestinya dapat dihindari, jika Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dapat memetakan persoalan dan membuat solusi peningkatan kualitas perguruan tinggi Indonesia.
Wacana mendatangkan rektor dari luar negeri untuk PTNBH memang menimbulkan pro dan kontra.
“Gagasan lama ini ibarat jalan pintas dan instan untuk meningkatkan kualitas perguruan tinggi di Indonesia. Padahal, kunci ada di pemerintah sebagai pihak regulator,” kata Reni dirilis DPR RI di Jakarta, Rabu (31/07/2019).
Reni menilai, rencana ini akan bertabrakan dengan berbagai aturan seperti Undang-Undang (UU) Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan Dosen dan UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi.
Wacana itu menurutnya juga menunjukkan kurang maksimalnya Kemenristekdikti dalam membentuk sistem pendidikan tinggi yang visioner, ajeg, dan adaptif dengan perkembangan zaman.
Padahal kata dia, dengan kewenangan yang dimiliki, pemerintah semestinya dapat membentuk sistem yang visioner dan adaptif dengan perkembangan zaman.
“Kita jangan latah dengan menempel salin cara yang diterapkan oleh negara lain dengan impor,” tegas politisi PPP politisi dapil Jawa Barat itu.
Ia pun mengingatkan, pendidikan merupakan isu yang nenjadi perhatian konstitusi oleh para pendiri bangsa. Salah satu misi utama adanya negara ini, tak lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Bahkan di konstitusi secara tegas keberpihakan politik anggaran khusus untuk sektor pendidikan. Pesan moralnya, peningkatan kualitas pendidikan merupakan tanggungjawab negara,” tegasnya.
Ia mengatakan, pendidikan bukan sekadar melakukan aktivitas transfer pengetahuan dan tradisi intelektual, namun lebih dari itu, pendidikan juga melakukan aktivitas transfer nilai.
“Ada nilai yang ditransfer dalam praktik pendidikan, yakni nilai kebangsaan, keagamaan, kebudayaan, dan moral,” ungkapnya.
Reni pun menyinggung gagasan mengundang rektor asing ini juga bentuk ketidakpercayaan Kemenristekdikti atas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki anak bangsa.
Ia menilai, kalau spiritnya untuk melakukan transfer pengetahuan dan budaya kerja, hal itu dapat dipenuhi oleh putera Indonesia lulusan kampus ternama dari luar negeri.
“Banyak putera Indonesia lulusan kampus ternama di luar negeri dapat menjadi alternatif. Ini soal rasa kebangsaan yang terusik,” ungkapnya.*