Hidayatullah.com-Dosen Pascasarjana di Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor Dr Syamsuddin Arif mengatakan, Muhammad Syahrur, dosen Teknik Sipil di Universitas Damaskus, yang konsepnya digunakan Abdul Aziz dalam disertasinya di UIN Sunan Kaligaja, Yogyakarta, disinyalir terpengaruh oleh unsur-unsur pemikiran sekularisme dan liberalisme bahkan Marxisme.
“Syahrur membuat kesimpulan hukum tanpa ilmu, melanggar prinsip ilmu tafsir, mengabaikan otoritas para ahli hukum Islam, mengikuti trend pemikiran Barat, serta menggunakan metode hermeneutika untuk menafsir Al-Quran,” kata Syamsuddin Arif dalam Seminar Sehari “Fenomena Transnasionalisme Islam Liberal di Dunia Akademik” yang diselenggarakan Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), Jalan Kalibata, Jakarta Selatan, Ahad (15/9/2019).
Alumni International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC)-IIUM Malaysia yang menyampaikan materi bertema “Syahrur dan Krisis Otoritas” terkait disertasi yang sedang hangat seputar “milkul-yamin” sebagai keabsahan hubungan non-marital (alias di luar nikah).
Syahrur sendiri menyangkal semua tuduhan ini sebagai upaya menghindari debat rasional dengan dirinya.
Baca: Syamsuddin Arif: Mohamad Syahrur Tak Memiliki Otoritas Menyampaikan Ilmu Agama
Pria yang menguasai banyak bahasa –termasuk Arab, Inggris dan Ibrani—ini melihat penulis disertasi (Abdul Aziz, red) ini jarang merujuk ke sumber-sumber asli, dan tampak kurang menguasai bahasa Arab.
Ia juga mengatakan, disertasi dari sebuah Perguruan Tinggi Islam seharusnya dibimbing dan diuji oleh para ulama Islam yang hanif. Agar kualitas keilmuannya benar-benar teruji dan tidak menyimpang dari Al-Quran dan As-Sunnah.
“Seharusnya para ulama di perguruan tinggi Islam itu menyuruh mahasiswanya mengkaji pemikiran Syahrur untuk menilai dan mengkritisi, bukan malah mendukung pikiran yang keliru,” katanya.
Lebih jauh, pria yang sempat menimba ilmu di Orientalisches Seminar, Johann Wolfgang Goethe Universität Frankfurt, Jerman ini— menemukan indikasi Syiah dalam disertasi tersebut, di mana Abdul Aziz menulis kata Arab dha’if (lemah) dengan logat Farsi Zaif seperti biasa digunakan oleh orang Syiah Iran.
“Ini beberapa indikasi yang saya lihat, tapi perlu dikonfirmasi lagi,” ujarnya.
Yang tidak kalah penting, pria yang pernah belajar ilmu khat di Turki ini menilai Abdul Aziz menganut paham relativisme epistemologis dan pluralisme. Juga terkesan memiliki agenda terselubung melegalisasi seks bebas atas nama HAM dengan kemasan akademis yang sebenarnya tidak netral.*/Mahmud B Setiawan
Baca artikel lain:
Dr Nirwan Syafrin: Pemikiran Liberal di Indonesia Semuanya Impor dari Luar
INSISTS Gelar Seminar ‘Fenomena Transnasionalisme Islam Liberal di Dunia Akademik’