Hidayatullah.com– Perlu komitmen bersama dari negara-negara Muslim untuk mengentaskan kemiskinan di dunia lewat pengelolaan dana zakat. Sebagaimana diketahui, salah satu kesimpulan dari pertemuan pengelola zakat global di Bandung, Jawa Barat, terungkap bahwa pengelolaan dana zakat global belum optimal untuk menekan angka kemiskinan di negara-negara berpenduduk Muslim.
Pada Selasa-Kamis (05-07/11/2019) pekan ini berlangsung Konferensi Internasional World Zakat Forum (WZF) 2019 di Bandung. Sekretaris Jenderal WZF, Prof Dr Bambang Sudibyo mengatakan, WZF merupakan sarana untuk meningkatkan pemahaman zakat yang dapat melepaskan umat dari kemiskinan pada khususnya dan untuk memperkuat ukhuwah secara umum.
Oleh karena itu, komitmen di antara negara-negara Muslim dalam bekerja sama dan berkolaborasi di gerakan zakat global sangat dibutuhkan.
“Penggunaan dana zakat harus memiliki makna strategis untuk menegakkan ukhuwah, persaudaraan, kolaborasi, dan solidaritas di antara negara-negara Muslim dan umat untuk mencapai tujuan bersama. Untuk mencapai tujuan bersama ini, gerakan zakat global membutuhkan platform untuk merumuskan solusi efektif untuk masalah multi-dimensi di dunia Islam,” ujar pria yang juga Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) itu kutip website Baznas pekan ini (06/11/2019).
Baca: Wapres: Potensi Zakat diprediksi Rp230 Triliun, Baru 3,5% Dikelola
Bambang menilai, komitmen zakat global harus memberi perhatian tidak hanya pada bagaimana zakat dikumpulkan dan didistribusikan secara global. Tetapi, juga bagaimana zakat dikelola secara profesional, efektif, efisien, dan beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang bergerak cepat.
“Gerakan zakat global harus memperhatikan peran teknologi digital dalam pengelolaan zakat karena dunia Muslim sangat luas, dari Afrika hingga Asia Tenggara yang mencakup enam benua,” ujarnya terkait acara yang mengusung tema “Optimizing Global Zakat Role through Digital Technology” itu.
Menurut Direktur pusat bantuan darurat UNICEF, Sikander Khan, 24 dari 57 negara anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI) membutuhkan bantuan kemanusiaan akibat terdampak konflik maupun dibanjiri pengungsi yang memasuki wilayah mereka.
Padahal, studi Bank Dunia dan Islamic Research and Training Institute dari Islamic Development Bank (IDB) memperkirakan potensi zakat global mencapai USD550 miliar sampai USD600 miliar per tahun. Akan tetapi, jumlah yang sudah dikelola oleh lembaga-lembaga zakat resmi baru sekitar USD10 miliar sampai USD15 miliar per tahun.
Khan menilai, potensi zakat sebesar itu tidak terkelola dan tersalurkan secara strategis lewat program-program yang memberdayakan. Faktanya hingga saat ini, Muslim di sejumlah negara masih hidup di bawah garis kemiskinan, terdampak konflik, dan hidup di pengungsian.
Menurut Khan, data itu menjadi ‘wake up call’ bagi OKI dalam merencanakan aksi strategis mengoptimalkan potensi besar zakat, untuk membantu kaum Muslimin yang membutuhkan bantuan kemanusiaan.
“Ini bukan perkara memberi di sana-sini, karena jika begitu maka dampak menarik anak dan keluarga dari kemiskinan bisa terlupakan. Kita butuh rencana strategis,” ujarnya kutip Anadolu Agency, Jumat (08/11/2019).*