Hidayatullah.com- Belakangan ini timbul polemik seputar boleh tidaknya dilaksanakan Shalat Idul Fitri secara berjamaah di masa wabah. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur pun mengeluarkan taushiyah pada hari Kamis (21/05/2020).
Dalam taushiyah nomor 09/MUI-JTM/Ths/V/2020 tersebut, MUI Jatim menyerukan kepada kaum Muslimin –khususnya di Jatim—agar tetap menyambut Idul Fitri dan menghidupkan syiar Islam dengan membaca takbir, tahmid, dan tahlil.
“Sedapat mungkin ikut melaksanakan Shalat Idul Fitri, mengingat bahwa ibadah yang ini hukumnya sunnah muakkadah, merupakan syiar agama, dan hanya dilaksanakan setahun sekali,” demikian bunyi taushiyah yang ditandatangani oleh KH Abdus Shomad Buchori (Ketua Umum MUI Jatim) dan H Ainul Yaqin (Sekretaris Umum).
Adapun pelaksanaan takbir dan Shalat Idul Fitri hendaknya mengacu kepada Fatwa MUI No 14 Tahun 2020 yang menekankan pada upaya pengendalian guna mencegah penularan Covid-19. Selama pengendalian dapat diupayakan –dengan mentaati protokol kesehatan— maka aktivitas di masjid atau mushala tidak ada alasan untuk ditiadakan.
Menurut MUI Jatim, takbir keliling pun masih mungkin dilaksanakan oleh beberapa orang saja dengan tetap menjaga physichal distancing. Sedangkan dalam pelaksanaan Shalat Idul Fitri, kerumunan massa hendaknya dipecah di beberapa tempat, dan diharapkan aparat keamanan bisa membantu menata hal ini secara persuasif.
Meskipun demikian, MUI Jatim mewanti-wanti agar warga yang sakit atau pasien dalam pantauan (PDP) atau terpapar virus, maka tidak usah ikut shalat berjamaah di masjid atau mushala. Warga kategori ini bisa tetap melaksanakan shalat sendiri di rumahnya atau di tempat karantina.
MUI Jatim mengimbau agar pelaksanaan Shalat Idul Fitri dilakukan dengan membaca surat-surat pendek dan khutbah yang singkat. Khatib pun diserukan membaca doa supaya negeri ini segera dibebaskan dari wabah penyakit.
“Menyerukan kepada seluruh umat Islam agar mempertebal keimanan, menjadikan musibah Covid-19 sebagai sarana muhasabah, serta menyikapinya secara seimbang, antara sikap sabar dan tawakkal, serta ikhtiar lahir dan batin,” demikian penutup taushiyah tersebut.* Pambudi Utomo