Hidayatullah.com- Anggota DPD RI Fahira Idris berharap Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional yang baru dibentuk Presiden Joko Widodo agar tetap fokus pada kesehatan sebagai sumbu utama.
Fahira berharap, keputusan pemerintah membentuk lembaga baru itu mempercepat penanggulangan Pandemi Covid-19 yang sudah mencengkeram Indonesia selama 4 bulan terakhir.
Katanya, meskipun komite ini diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, tetapi semua kebijakan, program, dan aksi komite ini menjadikan prioritas kesehatan sebagai sumbu utama percepatan penanganan pandemi.
“Memang kita sudah bekerja keras menanggulangi pandemi ini. Namun, kerja keras kita selama 4 bulan ini belum mampu mengalahkan atau setidaknya mengimbangi kecepatan penyebaran virus ini,” ujar Fahira Idris di Jakarta, Selasa (21/07/2020) kepada hidayatullah.com dalam rilisnya.
Ia menilai, memang sudah saatnya dilakukan evaluasi menyeluruh strategi penanggulangan Covid-19 dan segara formulasikan kebijakan dan strategi baru.
“Semakin cepat Covid-19 dikendalikan, semakin cepat kita bisa menata kembali ekonomi. Oleh karena itu, kesehatan harus menjadi sumbu utama kebijakan komite baru ini,” ujar Senator DKI Jakarta ini.
Saat ini katanya rakyat sedang menunggu strategi baru penanganan dan penanggulangan pandemi Covid-19.
Sebab, jelas Fahira, target Pemerintah bahwa kurva positif Covid-19 sudah turun pada Mei 2020 lalu tidak tercapai. Malah saat ini, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia yang telah menembus 88 ribu kasus telah menyalip China (83,6 ribu kasus). Bahkan dalam kurun waktu Juli ini sempat tercatat penambahan korban jiwa dalam sehari mencapai rekor tertinggi.
Dalam bidang ekonomi, pandemi ini telah membawa Indonesia ke depan pintu krisis yang harus secepat mungkin juga dicegah.
Oleh karena itu, komite yang baru dibentuk Presiden ini diharapkan segara memformulasikan kebijakan dan strategi penanganan pandemi yang baru.
Menurutnya, salah satu persoalan pelik penanggulangan Covid-19 yang harus segera dipecahkan komite baru ini adalah kapasitas tes PCR (polymerase chain reaction) di seluruh Indonesia yang masih jauh dari target WHO dan masih tertinggal jauh dari banyak negara lain di dunia.
Padahal, katanya, peningkatan tes PCR disertai kesiapan layanan kesehatan adalah strategi yang paling tepat, cepat, efektif, dan efisien untuk menahan laju penyebaran virus dan menjadi pintu utama jika Indonesia ingin kurva melandai bahkan turun drastis seperti yang dialami banyak negara lain.
Memang, sebut Fahira, dari sisi jumlah kasus positif Indonesia masih jauh lebih rendah dari negara berpenduduk besar lainnya seperti Amerika (3,8 juta kasus) atau India (1,1 juta kasus). Tetapi, besarnya jumlah kasus kedua negara ini dikarenakan masifnya tes yang mereka lakukan dalam beberapa bulan terakhir.
“Pangkal persoalan yang saat ini dihadapi Indonesia dan dunia adalah krisis kesehatan yang melahirkan ancaman krisis ekonomi. Itulah kenapa, pangkal persoalannya yaitu kesehatan yang harus diselesaikan terlebih dahulu dan salah satunya adalah dengan meningkatkan kapasitas tes PCR sebanyak mungkin.
Dari strategi yang mengedepankan kesehatan inilah kemudian strategi-strategi pemulihan ekonomi akibat kebijakan kesehatan diformulasikan agar dampaknya bisa dikendalikan semaksimal mungkin,” sebutnya.
Kata Fahira, saat ini negara-negara di dunia terus meningkatkan kapasitas tes PCR-nya. Amerika misalnya telah mencapai sekitar 640.000 tes per hari rata-rata atau 128,2 ribu tes per satu juta penduduk. Luxemburg sudah berhasil melakukan 502,8 ribu tes per satu juta penduduk. Uni Emirat Arab di angka 436,2 ribu tes per satu juta penduduk. Korea Selatan mencapai 28,3 ribu tes per satu juta penduduk.
Sementara China berada di angka 62, 8 ribu tes per satu juta penduduk. Sedangkan Indonesia, masih sebut Fahira, walau terus terjadi peningkatan tetapi masih harus ditingkatkan. Karena saat ini baru Jakarta yang berhasil melebihi target WHO yaitu tes PCR terhadap 1.000 orang per satu juta penduduk.*