Hidayatullah.com—Ukuran keimanan seseorang salah satunya bisa dilihat dari pelaksanaan shalat Subuh dan shalat Ashar. Demikian disampaikan Syeikh Prof. Dr. Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin Al Badr, guru besar bidang akidah di Universitas Islam Madinah (UIM)
“Kalau akidahnya benar, keyakinannya benar, maka kita tidak akan melewatkan shalat Subuh dan Ashar. Amal yang paling utama dilihat dari seorang hamba adalah amalan shalatnya. Jika kalian mampu mengalahkan urusan dunia untuk shalat Subuh dan Ashar, maka itu akan meringankan pelaksanaan ibadah lainnya,” ujarnya pada Acara Tabligh Akbar “Pesona Surga”, Ahad 31 Agustus 2014 di Masjid Istiqlal, Jakarta.
Menurut pengajar tetap di Masjid Nabawi ini, tingkatan keimanan seseorang dikaitkan dengan pelaksanaan shalat di kedua waktu tersebut merujuk pada berbagai hadits Nabi.
Mudahnya seseorang melaksanakan shalat di kedua waktu tersebut berarti mudah juga shalat di tiga waktu lainnya.
“Jika shalat lima waktu ringan kita kerjakan, ibadah atau amalan lainnya juga dengan sendirinya ingin kita lakukan.”
Walau masalah ini sudah banyak dikaji di berbagai majelis ilmu, ia mengingatkan jamaah untuk tidak menganggap shalat sebagai ibadah biasa.
Menukil Surat Al-Qiyamah ayat 24, di mana menjelaskan “wajah-wajah orang kafir pada hari kiamat menjadi muram.”
Kemudian dijelaskan penyebab kemuraman mereka karena akan tertimpa malapetaka yang sangat dahsyat. Penyebab turunnya adzab tersebut dijelaskan di ayat 31: “Karena dia (mereka dahulu) tidak mau membenarkan Al-Quran Rasul dan tidak mau shalat”.
Syeikh menjelaskan, pahala shalat selama hidup di dunia menjadi amalan penting untuk melihat wajah Allah di hari kiamat.
“Barangsiapa ingin melihat wajah Allah maka hendaknya Ia meningkatkan amal shalihnya. Barangsiapa ingin melihat wajah Allah, jangan lupa berdoa. Dan barangsiapa mendahulukan dunia, begadang dan akhirnya melewatkan shalat Subuh dan Ashar, maka Ia tidak akan melihat wajah Allah,” “ucapnya tandas.
Sebab, untuk melihat wajah Allah, adalah suatu kenikmatan tiada tara bagi orang-orang beriman.*