Hidayatullah.com– Di tengah sempat viralnya pengibaran bendera bulan bintang saat ulang tahun Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ke-44 di Banda Aceh, Aceh, baru-baru ini, viral pula sebuah video lain masih terkait Aceh. Kali ini, pantauan hidayatullah.com pada Senin (07/12/2020), viral sebuah video yang menayangkan seorang pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) asal Aceh, Indonesia, yang mengaji bersama anak-anak Sudan.
Dalam video itu, pasukan itu disebut mengajarkan Al-Qur’an dengan membaca Surat An-Nas, diawali dengan ucapan ta’awudz dan basmalah.
“Qul audzu birabbinnas…,” ucapnya mengawali Surat An-Nas. Suaranya terdengar merdu dengan cara membaca yang terdengar fasih.
Ia membaca Surat An-Nas sampai selesai. Setiap ayat yang dibacakan, lalu diikuti oleh puluhan anak-anak Sudan. Situasinya bak di sebuah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Tapi kali ini, “TPA” tersebut digelar di samping mobil pasukan PBB yang sedang parkir. Anak-anak mengikuti pembelajaran Al-Qur’an itu dalam suasana santai. Semua berdiri membentuk semacam halaqah (lingkaran).
Pasukan asal Aceh yang dilengkapi senjata tersebut tampak ramah berbaur dengan para “santrinya”. Ia kemudian merangkul salah seorang anak yang berdiri di dekatnya.
Menurut kabar yang beredar di media sosial, pasukan pria tersebut merupakan anggota kepolisian RI yang sedang bertugas di benua Afrika.
“Aksi seorang polisi asal Aceh yg tergabung dlm pasukan perdamaian PBB di Sudan, menyedot perhatian. Berdiri di samping mobil patroli berlambang UN (United Nation), personel berseragam pasukan perdamaian PBB ini dikerubungi oleh anak² Sudan sembari melantunkan Surat An-Nas..Wajah tersenyum dengan mata bentuk hatiWajah tersenyum dengan mata bentuk hati,” twit akun @new_embun tertanggal 5 Desember lalu.
Berdasarkan penelusuran hidayatullah.com, polisi pada video tersebut bernama Nabhani Akbar, personel Polri yang berdinas di Polda Aceh. Pangkatnya Brigadir Satu.
Dalam Instagram, video tersebut sudah diunggah terlebih dahulu pada 20 November 2020. Pemilik akun tersebut mengaku saat itu ia sedang belajar tahsin Al-Qur’an.
“Belajar Tahsin Al Qur’an bersama saudara muslim, semoga Allah selalu memberikan kita kesehatan dan kekuatan untuk selalu mengindahkan kalam Allah dimanapun berada. TPA,” tulisnya pada akun @nabhaniakbar439. Unggahan ini sudah ditonton sekitar 26.397 kali pantauan media ini pada Senin pagi.
Diketahui, sebelum bertugas menjadi anggota pasukan perdamaian PBB di Sudan, Nabhani Akbar mengajarkan Al-Qur’an kepada santri Pondok Pesantren Markaz Al Islah Al Aziziyah, Kecamatan Lueng Bata, Banda Aceh, Aceh. Dia memang guru ngaji di pondok ini.
Nabhani dikenal luas sebagai personel polisi yang jago mengaji. Nabhani juga terkenal sebagai qari. Kegiatan mengajar Al-Qur’an di pondok pesantren itu dilakukan Briptu Nabhani Akbar pada sore hari usai bertugas sebagai polisi.
Saban hari, Nabhani Akbar selalu meluangkan waktunya untuk mengajarkan tilawah Al-Qur’an dan Bahasa Arab kepada puluhan santri, yatim korban tsunami dan korban konflik yang berasal dari seluruh Aceh.
Sejak menjadi anggota polisi pada tahun 2014, Nabhani Akbar sudah jadi guru ngaji bagi warga di sekitar tempat tinggalnya di kawasan Polsek Luengbata, Kota Banda Aceh. “Apa yang saya lakukan ini merupakan salah satu kewajiban di luar tugas pokok kepolisian dan menjadi tanggung jawab saya sebagai anggota Polri,” ujarnya dikutip Serambinews.com (04/12/2020).
Pada tahun 2016, Nabhani Akbar pernah menjadi juara Musabaqah Tilawatil Quran Polda Aceh. Ia kemudian diberi hadiah umrah.
Nabhani ditugaskan ke Sudan dalam misi perdamaian PBB sebagai penerjemah Bahasa Arab. Bahasa Arab itu sebelumnya dia pelajari kala menempuh pendidikan di salah satu dayah di kampung halamannya, Bireuen.
Nabhani mengaku sangat senang dapat mengajar mengaji, mengajar kitab dan Bahasa Arab untuk anak-anak yatim itu. Rasa penat dan lelah di kantor, katanya hilang seketika jika sudah mengajar para santri tersebut.
Dan ternyata Nabhani mengaku sudah 6 tahun mengajarkan di Dayah Markaz Al Islah Al Aziziyah. Baginya, menjadi seorang guru ngaji merupakan panggilan hati. Ia bahkan menetap di dayah itu.
Keberadaannya di dayah itu bermula dari tahun 2014 saat ia mengikuti Program Polisi Saweu Dayah. Dari 25 polisi yang ditempatkan di dayah itu, cuma Nabhani yang mampu bertahan dan beradaptasi.
Kini, setelah bertugas di Sudan, Nabhani mengaku tetap berkeinginan kembali mengajar ngaji. “Selepas pulang nanti dari Sudan, saya bertekad tetap terus menjadi guru ngaji di sini,” ujarnya dalam wawancara media tersebut pada 1 Juli 2020.*