Hidayatullah.com—Sinar matahari mulai meninggi dan cukup menghangatkan badan hari Kamis, 1 April lalu. Jam menunjukkan pukul 09.30. Dua orang relawan Yayasan Wakaf Al-Qur’an Suara Hidayatullah (YAWASH) bersiap menjalankan amanahnya, mereka membawa kardus berisi Al-Qur’an di sepeda motornya.
Jarak yang akan ditempuh sekitar 75 kilometer dari tempat mereka di Kecamatan Arga Makmur. Tujuannya ke TPQ/MDTA Baitur Rohim di Desa Marga Bhakti, Kecamatan Pinang Raya, Kabupaten Bengkulu Utara untuk membagikan Al-Qur’an dari pewakaf.
Seolah tak mempedulikan matahari yang menyengat. Mereka terus memacu sepeda motornya. Jalan yang dilalui berkelok-kelok. Kadang menanjak dan turun.
Qadarullah, Setelah 1 jam perjalanan, tiba-tiba ban sepeda motornya meletus. Sepeda motor sedikit oleng, tapi masih bisa dikendalikan. Mereka meminggirkan sepeda motornya dan mencari bengkel.
“Alhamdulillah, untung masih di tempat yang agak rame dan ada bengkel. Entah bagaimana jika kejadiannya pas di daerah pelosok,” ujar Muhammad Saripudin.
Setelah ban sepeda motor diganti, mereka melanjutkan perjalanannya. “Bismillah kami lanjutkan perjalanan, semoga Allah mudahkan,” kata Hendra, rekan Muhammad sambil memangku kardus.
Alhamdulillah, relawan tiba di tempat tujuan pukul 13:30. Mereka sudah ditunggu. Senyuman dan raut wajah bahagia para santri dan guru menyambut mereka.
Pada Kesempatan tersebut, relawan YAWASH menyerahkan al-Qur’an kepada pengurus dan guru TPQ/MDTA Baitur Rohim.
“Kami segenap pengurus dan guru TPQ/MDTA Baitur Rohim sangat berterima kasih kepada Yayasan Wakaf Al-Qur’an Suara Hidayatullah, para pewakaf, dan relawan. Insya Allah al-Qur’annya sangat bermanfaat bagi kami,” ujar Ustadzah Aminah, pendiri TPQ/MDTA Baitur Rohim. “Alhamdulillah, baru pertama ini ada bantuan al-Qur’an dan buku Iqra’ untuk kami. Maklum lokasi kami terpencil,” ucapnya penuh rasa syukur.
Tak lupa Aminah berdoa, agar wakaf al-Qur’an ini menjadi amal jariyah kebaikan bagi para donatur hingga akhir kelak. Sementara itu, para santri juga turut menyampaikan ungkapan terima kasihnya.
“Kami santri TPQ/MDTA Baitur Rohim mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Wakaf Al-Qur’an Suara Hidayatullah yang telah memberikan bantuan al-Qur’an kepada kami. Semoga pahalanya terus mengalir kepada para donatur. Allahu Akbar,” kata puluhan santri yang hadir.
TPQ/MDTA Baitur Rohim yang berdinding kayu ini didirikan pada 2009. Di sekelilingnya banyak pohon karet dan sawit. Suasananya cukup tenang. Jauh dari keramaian.
Menurut Aminah, ketika sekolah ini akan dibangun masyarakat kurang mendukung. Acuh tak acuh. Ada juga yang menolak, bahkan ada yang mengacam. Namun berbekal keyakinan, kesabaran, dan kerja keras, Aminah tetap berusaha mewujudkannya.
Seiring dengan berjalannya waktu, masyatakat mulai sadar pentingnya pendidikan agama, khususnya belajar al-Qur’an. “Alhamdulillah, masyarakat kemudian mendukung dan membantu berdirinya TPQ/MDTA Baitur Rohim ini,” ujar wanita kelahiran tahun 1971 ini.
“Awalnya gratis, tetapi kemudian para orangtua senang melihat anak-anaknya pandai mengaji dan sadar betapa pentingnya pendidikan agama, maka mereka setuju membayar iuran Rp 20 ribu per bulan,” katanya.
Kini, santri TPQ/MDTA Baitur Rohim berjumlah 150 orang. Mereka berasal dari desa sekitarnya. Ada 7 pengajar yang senantiasa mendampingi para santri. Saat ini, TPQ/MDTA Baitur Rohim diketuai oleh Ustadz Sargianto.
Kegiatan santri di sini mengaji al-Qur’an, hafalan surat pendek, hafalan Hadits, dan bahasa Arab. Selain itu, juga belajar fikih, akidah dan akhlak. Mereka belajar hari Senin hingga Rabu. Hari Kamis dan Jumat libur. Sedangkan hari Sabtu dan Ahad masuk untuk melaksanakan kegiatan rutin shalat Duha.
Meski dalam keterbatasan, tetapi semangat mereka dalam menimba ilmu agama patut diacungi jempol. Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 16.30. Meski sinar matahari masih tampak di sela-sela rimbunan pohon sawit, mereka harus segera berkemas. Muhammad dan Hendra masih harus menempuh perjalanan panjang.*/Dadang Kusmayadi