Hidayatullah.com—Peristiwa penghadangan rombongan Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam (DPP FPI) saat hendak turun dari pesawat Sriwijaya Air di Bandara Tjilik Riwut, Palangka Raya, Kalimantan Tengah pada Sabtu (11/2) siang oleh ratusan massa yang mengatasnamakan Suku Dayak, yang kemudian berlanjut pada penggagalan berdirinya kepengurusan FPI di Kuala Kapuas pada malam harinya, disebut oleh Ketua Umum DPP FPI, Habib Muhammad Rizieq Syihab, MA sebagai “percobaan pembunuhan oleh gerombolan preman fasis dan anarkis”.
Berikut kronologis “percobaan pembunuhan” tersebut versi FPI yang diterima Hidayatullah.com di gedung Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri, Jakarta (13/2/2012):
Jum’at, 10 Februari 2012
Dipimpin Yansen Binti, Lukas Tingkes dan Sabran, gerombolan preman yang mengatasnamakan Dewan Adat Dayak dan Majelis Adat Dayak Nusantara menggelar rapat perencanaan penolakan, penghadangan, pengepungan, perusakan, pembakaran dan upaya percobaan pembunuhan terhadap rombongan DPP FPI yang akan mengunjungi Palangka Raya dan Kapuas, Kalimantan Tengah. Rapat ini berlangsung di Rumah Betang (aula besar tempat musyawarah adat di Kompleks Kegubernuran Kalimantan Tengah).
Kompleks Kegubernuran ini juga dijadikan sebagai titik kumpul dan tempat pelepasan massa penghadang yang akan bergerak menuju bandara pada keesokan harinya.
Sabtu, 11 Februari 2012
Pukul 08.00 WIB, rombongan DPP FPI yang terdiri dari Ketua Bidang Dakwah Habib Muhsin bin Ahmad Alattas, Sekjen KH. Ahmad Sobri Lubis, Wasekjen KH. Awit Masyhuri dan Panglima Laskar Pembela Islam (LPI) Ustadz Maman Suryadi, berangkat dari Bandara Soekarno Hatta, Jakarta menuju Bandara Tjilik Riwut, Palangka Raya menggunakan pesawat Sriwijaya Air.
Menjelang tiba di tempat tujuan, Wasekjen dan Sekjen FPI dipanggil oleh kru pesawat dan diberitahukan bahwa di landasan Bandara Tjilik Riwut telah berkumpul ratusan massa, ditambah lagi dengan ribuan massa lainnya di lingkungan bandara. Keduanya disarankan agar tidak keluar dari pesawat setelah mendarat.
Setelah pesawat mendarat sekitar pukul 10.30 WITA, semua penumpang turun dari pesawat kecuali rombongan dari FPI. Kasatlantas Polres Palangka Raya didampingi Kepala Keamanan Bandara Tjilik Riwut naik ke pesawat dan menginformasikan situasi dan kondisi di luar pesawat dan lingkungan bandara yang semakin tidak kondusif. Pintu pesawat pun ditutup.
Di dalam pesawat yang tertahan dan terkepung selama satu jam lebih, rombongan FPI melihat dan mendengar langsung massa yang mengacung-acungkan senjata sambil berteriak, mengancam pertumpahan darah di luar pesawat.
Kapten pilot pesawat merasa khawatir jika massa makin beringas lalu akan merusak dan membakar pesawat yang sekaligus membahayakan keselamatan jiwa yang ada di dalamnya, maka, kapten pilot dan krunya bersama Kasatlantas Polres Palangka Raya dan Kepala Keamanan Bandara Tjilik Riwut memutuskan untuk menerbangkan pesawat ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Setibanya di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, rombongan FPI dibawa oleh keamanan bandara ke kantor Sriwijaya Air untuk dimintai keterangan. Selanjutnya rombongan FPI dijemput di luar bandara oleh Panitia Maulid Nabi Muhammad SAW dari Kabupaten Kapuas, Kalteng, lalu langsung menuju Kuala Kapuas lewat jalan darat.
Pukul 15.00 WITA, gerombolan preman anarkis yang telah gagal melakukan percobaan pembunuhan terhadap rombongan FPI bergerak menuju rumah kediaman Habib Muhri bin Muhammad. Massa merusak kediaman Habib tersebut dan juga sejumlah rumah dan tokoh panitia peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Massa juga membakar tenda dan panggung yang telah disiapkan panitia untuk acara maulidan.
Habib Muhri dan kawan-kawan beserta keluarga sempat menyelamatkan diri ke tempat yang aman, namun masih tetap terancam. Pihak Polres Palangka Raya dan Polda Kalteng tidak mau memberikan jaminan keamanan.
Pukul 17.30 WITA, rombongan FPI tiba di Kuala Kapuas dan istirahat sejenak di Guest House Bupati Kapuas Muhammad Mawardi. Lepas maghrib, rombongan FPI diundang ke kediaman Bupati Mawardi yang berdekatan dengan guest house tersebut.
Saat berjalan untuk memenuhi undangan, ternyata di halaman rumah hingga ke jalan raya kediaman bupati sudah dipenuhi ratusan massa preman dari Palangka Raya. Massa yang menggunakan belasan truk, berteriak-teriak mengacung-acungkan senjata sambil menantang perang.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Pukul 19.00 WITA, Bupati Mawardi dan jajaran Muspidanya menjembatani dialog antara utusan DPP FPI dengan para pimpinan massa. Dibuatlah kesepakatan bahwa pada malam itu peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tetap harus dilaksanakan sesuai keinginan masyarakat Kuala Kapuas, dengan catatan pelantikan kepengurusan Dewan Pimpinan Wilayah FPI Kuala Kapuas ditiadakan sesuai keinginan massa.
Para pimpinan massa kemudian menyampaikan hasil kesepakatan kepada massanya, tapi massa tetap tidak mau bubar. Kapolres Kapuas dan Bupati Mawardi yang meminta massa untuk bubar juga tidak berhasil, bahkan gerombolan tersebut semakin beringas dan brutal.
Pukul 21.00 WITA, akhirnya demi kebaikan bersama, rombongan FPI mengambil inisiatif untuk meninggalkan lokasi yang semakin tidak kondusif. Rombongan FPI pun berangkat menuju Kota Baru, Banjarmasin, melalui jalan darat dengan pengawalan Patwal Polisi dan anggota TNI dari Kodim Kapuas.
Pukul 24.00 WITA, rombongan FPI tiba di Kota Banjar Baru dan disambut sejumlah habaib dan tokoh masyarakat.
Ahad, 12 Februari 2012.
Setelah didampingi para habaib dan tokoh masyarakat serta dibantu oleh Danlud Banjarmasin mendapatkan tiket pesawat Garuda Indonesia, rombongan FPI kembali ke Jakarta.*