Hidayatullah.com– Ratusan mahasiswa menggelar aksi menuntut pemerintah memberhentikan sementara Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), terdakwa kasus penistaan agama, dari jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Alih-alih menyampaikan aspirasi, Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia Wilayah Jabodetabek-Banten (BEM SJB) mengungkapkan, telah terjadi penangkapan atas sejumlah presiden mahasiswa (presma) oleh aparat polisi di Jakarta Pusat, Selasa (14/02/2017). Kepolisian mengakui menahan 4 mahasiswa.
Penangkapan itu, ungkapnya, terjadi ketika 100-an mahasiswa dari sejumlah universitas dan perguruan tinggi itu baru mulai menggelar aksi tersebut. Di antaranya dari PNJ, UNJ, STEI SEBI, IPB, dan lain-lain.
Aliansi Organisasi Mahasiswa Kecam Penganiayaan oleh Oknum Polisi Ambon
Diungkapkan, Selasa siang sebelum zuhur, jelang aksi, para mahasiswa dan sejumlah presma berkumpul di dekat menara ragam depan Istana Negara, Jakarta Pusat. Di sini dilakukan pengarahan.
“Ketika sedang melakukan briefing, Pak (Kombes Pol) Dwiyono selaku Kapolres (Metro) Jakarta Pusat datang menghampiri kami dan menyuruh massa aksi dimundurkan ke (kawasan) Patung Kuda,” ungkap Andri Sutomo, mewakili BEM SWJ dalam pernyataan tertulis diterima hidayatullah.com, Rabu (15/02/2017).
Permintaan kepolisian itu ditolak oleh para mahasiswa. Sebab, menurutnya, antara lain karena tidak ada yang dilanggar pada aksi tersebut.
“Memang, hari ini (kemarin, Selasa. Red) masa tenang kampanye, tapi bukan masa tenang beraspirasi bukan?” ujarnya.
Tolak BBM, Mahasiswa Dikejar dan Dipukuli Polisi Hingga Mushola
Tiba-tiba, ungkapnya, Kapolres Dwiyono menginstruksikan anggotanya untuk menangkap para presma dan dimasukkan ke dalam mobil.
“Semua massa aksi pun turut diringkus dan dibawa menggunakan kendaraan minibus polisi, sedangkan para presiden mahasiswa dibawa menggunakan mobil khusus,” ungkapnya.
Dalam penangkapan itu, menurutnya, sebagian massa digiring paksa dengan pengawalan bersenjata dan diangkut ke dalam Kopaja. Sementara massa aksi lain yang berada di tengan jalan turut diringkus.
“Presiden mahasiswa masing-masing kampus diseret paksa dengan represif dan anarkis oleh aparat yang jumlahnya sangat banyak,” ungkapnya.
Massa yang diringkus kemudian dibawa ke kompleks Mapolda Metro Jaya, sementara para presma diamankan secara khusus di dalam Mapolda. “Namun, massa aksi yang dibawa ke Mapolda diusir dengan bengis dan tidak diperbolehkan masuk,” ungkapnya.
Kronologi Singkat
Aliansi BEM mengungkapkan kronologi singkat tindak kekerasan oleh kepolisian itu. Pada sekitar pukul 12.00 WIB terjadi kasus pemukulan oleh aparat terhadap mahasiswa.
Kemudian, pada pukul 12.30 WIB, massa aksi berkumpul untuk merundingkan strategi kegiatan yang akan dilakukan.
“Pukul 13.00 WIB, aparat menyediakan bus untuk massa aksi agar seluruh massa aksi kembali ke kampus. Akan tetapi, massa aksi tetap ingin ke Mapolda untuk menjemput teman mahasiswa yang ditahan,” ungkapnya.
Selanjutnya, sekitar pukul 14.30 WIB, massa aksi yang tidak dibawa ke Mapolda itu menunaikan shalat di Kantor Kemenkeu RI.
Saat itu, menurutnya, massa diancam untuk membatalkan aksi. Sementara para presma kampus masih diamankan oleh aparat di Mapolda.
“Ini bentuk kepanikan rezim yang otoriter dan terindikasi ada intervensi politik dalam penegakan hukum,” ujarnya mengecam.
Keluarga Alumni KAMMI Desak Presiden Berhentikan Ahok Sesuai Aturan
Menurut Aliansi BEM, gerakan mahasiwa tidak mengenal masa tenang ataupun masa libur.
“Gerakan mahasiswa akan tetap terus ada bahkan bisa lebih besar untuk menjatuhkan rezim jika kedzaliman masih ada di negeri ini,” ujarnya.
Sementara, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Argo Yuwono, membantah kepolisian melakukan penangkapan tersebut. Namun kepolisian mengakui telah melepaskan 4 mahasiswa yang ditahan.
“Kami tidak melakukan penangkapan, kemarin ada kegiatan unjuk rasa di Patung Kuda tidak ada pemberitahuan sesuai ketentuan undang-undang kami bubarkan,” ujar Argo di Jakarta, Rabu (15/02/2017) kutip Antara.*