Hidayatullah.com– Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr Haedar Nashir mengingatkan, di bulan Ramadhan inilah, al-Qur’an diturunkan sebagai wahyu kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang diperingati pada setiap 17 Ramadhan.
Di bulan Ramadhan juga, bagi Indonesia adalah bulan dimana pada tanggal 9 Ramadhan, diproklamasikan kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945.
“Bagi kita mungkin peristiwa-peristiwa seperti ini hanya rahasia hidup dalam perjalanan sejarah kita, itu hal yang seakan-akan kebetulan tetapi bagi Allah bahwa tidak ada peristiwa di muka bumi ini sebagai kebetulan,” ujar Haedar dalam acara buka puasa bersama di rumah dinas Ketua MPR RI Zulkifli Hasan di Kompleks Widya Chandra, Jakarta, Jumat (08/06/2018) sebagaimana ceramah tertulisnya diterima redaksi.
Semuanya itu, jelas Haedar, ada dalam garis sunnatullah-Nya.
Haedar pun menyampaikan soal korelasi antara bulan suci Ramadhan dengan posisi seorang Muslim di Indonesia terkait kebangsaan dan keislaman.
“Karena itu, kita mencoba untuk menjadikan bulan yang penuh berkah dan sejarah ini sebagai hikmah bagi kita untuk mematangkan derajat rohani kita selaku abdullah wa kholifatul(lah), lepas dari berbagai atribut kita, siapapun kita selaku Muslim,” ungkapnya.
Yakni, jelasnya, sebagai hamba Allah yang selalu tunduk pada-Nya, serta sebagai khalifah yang punya tugas memakmurkan bumi.
“Kita sebagai insan selalu mempunyai kekurangan tapi juga Allah memberi anugerah dan kelebihan,” imbuhnya.
Ketika ada sarana, wasilah seperti puasa Ramadhan, dan seluruh ibadah lainnya, maka, Haedar mengajak hadiri untuk menjadikannya sebagai usaha untuk mematangkan rohani sebagai Muslim.
“Kita sudah hafal betul bahwa puasa itu capaiannya adalah la’allakum tattaqun, agar kita jadi insan yang bertakwa. Substansi takwa adalah witoyah, ada khosiyah, takut kepada Allah tapi juga taat kepadanya, dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Tetapi muara dari itu adalah insan. Insan-insan yang terbaik yang dari puasa ini kita mi’raj menjadi al muttaqun. Karena kita ini adalah orang-orang yang diberi amanah dimana pun kita berada, saya yakin kita akan menjadikan mi’raj rohani ini untuk terus berkhidmat bagi kesejahteraan, kemajuan, dan kemuliaan bangsa kita, rakyat kita, negeri kita Indonesia,” paparnya.
Selain untuk rahmatan lil alamin, bagi kaum Muslimin, siapapun dia, keislaman yang melekat dan menyatu dalam diri sebagai insan yang bertakwa, dengan keIndonesiaan tempat berkiprah, menurutnya, sesungguhnya sebuah relasi keislaman-kebangsaan yang tak pernah selesai.
Acara buka puasa tersebut dihadiri antara lain Ketua MPR Pak Zulkifli Hasan, Presiden Joko Widodo, serta para ketua lembaga negara, DPR, DPD, KY, MK, para menteri Kabinet Kerja, para tamu undangan lainnya termasuk Ketua Umum Muhammadiyah periode 2005-2015 Prof Din Syamsuddin.*