Hidayatullah.com– Hingga Kamis (03/01/2019), total korban jiwa akibat longsor di Sukabumi, Jawa Barat, telah mencapai 18 orang.
Kemarin petugas gabungan kembali menemukan lima korban longsor di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.
“Total korban meninggal dari Senin (31/12/2018) hingga Kamis (03/01/2019) berjumlah 18 orang, luka berat tiga orang, dan 64 orang dinyatakan selamat,” ujar Kepala Polres Sukabumi, AKBP Nasriadi di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kamis.
Menurut dia tiga orang luka berat telah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pelabuhan Ratu.
Kemudian untuk korban yang masih tertimbun longsor sekitar 15 orang. Dan perincian korban meninggal pada Senin (31/12/2018) yaitu Hendra serta Sasa.
Pada Selasa (01/01/2018) petugas kembali menemukan korban delapan orang, yakni Ukri (50), Riska (27), Rita (15), Yanti (38), Ahudi (60), Suryani (35), Jumhadi (47), dan Yami (26).
Sedangkan pada Rabu (02/01/2018) menemukan tiga korban meninggal, yakni Sukiman (70), Umih (70), Endu (43). Dan Kamis (03/01/2018) kembali menemukan lima orang, yakni Mulyani (60), Madtuha (50), Andra Maulan (8), NN, dan NM.
Ia menambahkan dalam evakuasi longsor tersebut mengerahkan 364 petugas dengan perincian 30 personel Basarnas, 131 TNI, 40 Polri Brimob, 163 orang potensi lainnya (relawan).
Penjelasan PVMBG
Sementara itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyarankan relokasi warga yang terkena dampak bencana longsor di Kampung Cimapag, Desa Sinaresmi, itu. Sebab lokasi tersebut sudah tidak mungkin untuk ditempati kembali.
“Kalau yang area terdampak jelas kemungkinan kecil untuk ditinggali. Material longsor tebal, karena belum padat juga (sehingga masih berbahaya),” ucap Kepala Sub Bidang Mitigasi Gerakan Tanah Wilayah Barat, PVMBG Sumaryono, Kamis (03/01/2018).
Rencana relokasi warga di daerah terdampak juga sudah dibahas oleh pihak-pihak terkait. Hanya saja belum diputuskan lokasi sebagai tempat relokasi. Selain itu, sebagian lahan di kawasan tersebut juga masuk dalam Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Baca: Hindari “Tsunami” di Pantai, Kena Longsor di Pegunungan
“Relokasi yang terdampak sudah direncanakan, cuman lokasinya belum ada. Infonya masih koordinasi dengan Taman Nasional Halimun Salak,” katanya.
Dia menambahkan, longsor susulan juga masih berpotensi terjadi di lokasi tersebut. Pada Rabu (02/01/2018) malam juga terjadi longsoran dengan skala kecil.
Kepala PVMBG Kasbani menyatakan, ada tiga faktor yang bisa menyebabkan longsor di Cisolok. Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah itu diperkirakan hujan dengan intensitas tinggi yang turun sebelum kejadian gerakan tanah, kemiringan lereng yang terjal.
“Serta material penyusun lereng yang bersifat poros dan mudah menyerap air,” ujarnya.
Lokasi longsor di daerah Cisolok Kabupaten Sukabumi itu merupakan perbukitan dengan dengan kemiringan lebih dari 30 derajat atau termasuk lereng terjal hingga sangat terjal. Lokasi bencana berada pada ketinggian lebih dari 650 – 800 meter di atas permukaan laut. Di sebelahnya terdapat alur sungai kecil.
Baca: Longsor Timbun 34 Rumah Adat di Sukabumi, 4 Orang Meninggal
Berdasarkan Peta Potensi Terjadi Gerakan Tanah Kabupaten Sukabumi Desember 2018 keluaran PVMBG, daerah bencana sebagian besar masuk ke dalam Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah – Tinggi. “Artinya daerah ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal,” ujarnya lewat keterangan tertulis, Selasa (01/01/2019).
Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Eko Yulianto, menyampaikan sebenarnya kesiapsiagaan bencana bukan hanya tanggung jawab pemerintah.
“Masyarakat juga harus mandiri, jangan ketika sudah jadi korban lalu menyalahkan pemerintah sementara tidak mau untuk siaga bencana,” tegas Eko.
Ia menjelaskan, pengurangan risiko bencana harus dipahami dan diimplementasikan oleh semua pihak dalam kerangka kerja yang komprehensif baik dari aspek teknologi, pendidikan siaga bencana, hingga kebijakan.* (Ant/Dtk/Tmp/Hdc)