Hidayatullah.com– Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengkritik wacana impor rektor untuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Wacana pemerintah PTN akan dipimpin rektor terbaik luar negeri untuk meningkatkan ranking perguruan tinggi Indonesia masuk dalam 100 universitas terbaik dunia.
Fahri menilai, upaya meningkatkan ranking perguruan tinggi merupakan tugas dari Kementerian Riset, Tenologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dan bukan menjadi tanggung jawab pihak asing.
“Jangan bikin kecil hati bangsa Indonesia. Kita sanggup kok,” tegas Fahri di Gedung Nusantara III DPR RI, Senayan, Jakarta Rabu lansir Parlementaria, Kamis (01/08/2019).
Fahri menilai, seharusnya pemerintah memiliki konsep yang jelas dalam meningkatkan kualitas dan ranking perguruan tinggi. Konsep itu lantas dijalankan Kemenristekdikti sebagai institusi pengelola sektor pendidikan di perguruan tinggi.
“Menristekdikti kan mengelola sektoral. Kenapa dia enggak pakai kekuatan politiknya untuk mengelola sektor itu sehingga menjadi maju, bukan lepas ke orang lain,” ungkapnya.
Seharusnya, kata politisi dapil Nusa Tenggara Barat (NTB) ini, konsep dalam memodernisasi kampus datang dari pemerintah, bukan pihak asing.
“Tapi ini kan konsep enggak ada, tiba-tiba lepas ke tangan, asing saja. Seolah-olah kalau semua dilepas ke orang asing semua jadi beres. Ya enggak juga,” pungkasnya.
Sebelumnya, pemerintah sedang menyiapkan teknis rekrutmen rektor asing. Hal ini berdasarkan perintah dari Presiden Joko Widodo. Oleh karena itu, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) mencanangkan tahun 2020 akan ada rektor dari luar negeri.
“Akan dipetakan lagi. Kami membuat aturan soal rekrutmen. Tapi harus koordinasi dengan Kemenkeu terkait pendanaannya agar tak mengganggu keuangan perguruan tingginya,” sebut Menristekdikti M Nasir.
Menurut Menristekdikti, keinginan Jokowi untuk mendatangkan rektor dari luar negeri sangat beralasan. Saat ini terdapat 4.700 perguruan tinggi di Indonesia, namun yang masuk daya saing dunia hanya ada tiga.
Menurutnya, saat ia menjadi menteri, hanya ada dua perguruan tinggi yang masuk daya saing dunia.
“Itu pun masih di urutan 400,” sebutnya usai acara Rapat Pleno Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di Unisbank Semarang, Jawa Tengah, Senin (22/07/2019).
Indonesia katanya tidak boleh hanya jago kandang tapi melempem di luar negeri. Sehingga, dianggap harus dibuat roadmap agar kampus memiliki daya saing tingkat internasional.
Disebutkan bahwa salah satu langkahnya dengan mendatangkan rektor yang berkualitas dari luar negeri.
Katanya hal serupa juga dilakukan China, Taiwan, dan Arab Saudi.
“Bahkan Arab yang tak masuk di peringkat 800, saat ini rektor dari Amerika 40 persennya. Ditambah dari Eropa dan saat ini masuk 189,” sebutnya.*