Hidayatullah.com– Ormas Hidayatullah akan menggelar Musyawarah Nasional (Munas) kelima secara virtual pada bulan Oktober 2020. Pusat kegiatan munas ini di kampus Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, Jawa Barat, dengan 34 titik lain sebagai perwakilan tiap-tiap DPW Hidayatullah di daerah.
Hingga saat ini, Rabu (02/09/2020), panitia terus mempersiapkan segala sesuatunya untuk mensukseskan Munas Hidayatullah yang pertama kali akan digelar secara daring itu. Musyawarah tertinggi ormas tersebut kali ini digaungkan jamaahnya dengan istilah “Munas V(irtual)”, akronim dari “Munas V secara Virtual”.
“Munas Hidayatullah kali ini akan kita lakukan secara online berdasarkan hasil keputusan Musyawarah Majelis Syura Hidayatullah,” ujar Ketua Panitia Munas V Hidayatullah Wahyu Rahman.
Munas V Hidayatullah tahun 1442H/2020M ini akan digelar pada tanggal 29-31 Oktober mendatang, dengan mengusung tema “Meneguhkan Komitmen Keummatan Menuju Indonesia Bermartabat”.
Panitia menegaskan akan adanya pemberlakuan ketat protokol kesehatan pada acara Munas ini selama di lokasi acara, baik yang berpusat di Kampus Hidayatullah Depok, maupun di titik-titik lainnya.
Ormas yang punya lebih dari 300 pondok pesantren dan perwakilan di berbagai kabupaten/kota se-Indonesia ini menggelar Munas secara daring dengan berbagai pertimbangan. Terutama pandemi Covid-19 yang hingga saat ini masih belum berakhir. Kondisi saat ini, dinilai sangat tidak memungkinkan mengumpulkan orang banyak.
Panitia Munas sudah dan terus melakukan berbagai upaya dan menyiapkan segala kebutuhan agar Munas daring ini berjalan sebagaimana diharapkan. “Namun kita tetap memperhatikan dinamika yang terjadi terkait wabah Covid-19 dari sekarang sampai akhir Oktober nanti. Segala sesuatu masih bisa berubah menyesuaikan kondisi,” kata Wahyu Rahman menegaskan.
Menurutnya, dengan banyaknya jaringan Hidayatullah di seluruh Indonesia, dibutuhkan kesiapan yang matang. Seluruh panitia dan tim pekerja Munas Hidayatullah telah berusaha untuk menyiapkan semua yang dibutuhkan sehingga acara berlangsung sebaik-baiknya.
Panitia pun menyiapkan segala kebutuhan untuk sukses penyelenggaraan acara ini, antara lain kelengkapan perangkat teknis termasuk memaksimalkan jaringan internet.
Begitu pula, katanya, segenap DPW Hidayatullah terus bekerja serta bergegas menyambut Munas V tersebut.
“Kita juga telah berkoordinasi ke masing masing perwakilan DPW untuk menyiapkan segala sesuatunya,” kata Wahyu Rahman yang juga seorang dai ini.
Sejarah Singkat Hidayatullah
Sebagaimana diketahui, cikal bakal ormas Hidayatullah dimulai sejak 7 Januari 1972 atau 2 Dzulhijjah 1392 Hijriyah berupa sebuah pesantren di Karang Bugis, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Pesantren ini diresmikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia, yang saat itu dijabat oleh Prof Dr Mukti Ali, pada tahun 1976. Kemudian, Ustadz Abdullah Said, Pendiri Hidayatullah, membuka kampus baru di Gunung Tembak yang kemudian saat ini dikenal sebagai Kampus Ummul Quro Hidayatullah.
Saat ini, di Kampus Ummul Quro Hidayatullah yang berada di atas lahan wakaf seluas sekitar 120 hektare ini telah berdiri masjid, gedung-gedung sekolah dan perguruan tinggi, aula pertemuan, kantor, guest house, perumahan warga, juga dilengkapi sarana umum serta lingkungan hijau yang ditata sedemikian rupa sehingga tampak asri.
Tak heran bila pada tahun 1984, Presiden Soeharto menganugerahkan Kalpataru kepada Ustadz Abdullah Said karena beliau dinilai mampu mengubah kawasan kritis di Gunung Tembak menjadi lingkungan pesantren yang hijau dan asri. Di tengah lokasi pesantren terdapat danau buatan yang tidak pernah kering meski sedang musim kemarau.
Dalam perkembangan selanjutnya, Ustadz Abdullah Said mengirimkan santri-santrinya berdakwah ke berbagai daerah di seluruh Indonesia, khususnya daerah-daerah pedalaman dan minoritas Muslim. Di tempat tugas tersebut, para santri Hidayatullah tak sekadar berdakwah, tetapi juga membangun cabang-cabang pesantren. Pada akhirnya, tersebarlah pesantren ini ke berbagai penjuru Indonesia.
Setelah Ustadz Abdullah Said wafat tahun 1998, kepemimpinan Hidayatullah dilanjutkan oleh Ustadz Abdurrahman Muhammad. Tak berapa lama setelah itu terbentuklah Dewan Eksekutif yang bertugas menyelenggarakan pertemuan nasional untuk menentukan arah dan bentuk Hidayatullah ke depan.
Melalui Musyawarah Nasional pertama tanggal 9-13 Juli 2000 di Balikpapan, Hidayatullah secara resmi mengubah bentuknya dari organisasi sosial menjadi organisasi kemasyarakatan (ormas) dengan 5 jenjang kepengurusan, yakni nasional/pusat, wilayah/provinsi, daerah/kabupaten-kota, cabang/kecamatan, dan ranting/desa-kelurahan. Pengurus Pusat berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia, Jakarta.
Adapun Pondok Pesantren Hidayatullah Depok terletak di Jl Raya Kalimulya, Kelurahan Kalimulya RT 01 RW 05, Kecamatan Cilodong, Kota Depok, Jawa Barat. Pesantren ini berdiri di atas lahan wakaf seluas 3,5 hektare.
Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah (YPPH) Depok dirintis sejak tahun 1989. Kegiatan pertama di masa perintisan berupa penggarapan lahan dan silaturrahim kepada masyarakat sekitar.
Tahun 1990 dimulai pendirian masjid dan dinamakan Masjid Ummul Quro, dengan harapan masjid tersebut menjadi pusat kegiatan bagi santri dan masyarakat sekitar pondok pesantren.
Berdirinya masjid menjadi inspirasi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan di pondok. Kegiatan pendidikan, dakwah, dan layanan sosial mulai dijalankan dengan menampung, menyantuni, dan mendidik anak-anak yatim piatu dan kaum dhuafa.
Saat ini kegiatan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok berfokus menyelenggarakan pendidikan antara lain baby house, play group, TK, SD, SMP, MA, dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah. Kegiatan yang melayani tidak kurang dari 400 santri ini juga didukung oleh kegiatan sosial, dakwah, dan ekonomi.*