Hidayatullah.com—Pejabat Hubungan Internasional Hamas, Osama Hamdan, memperingatkan Israel akan menghadapi konsekuensi serius terhadap perang baru yang dilakukannya atas Jalur Gaza. Ia mengatakan, perang akan mengakibatkan mobilisasi Arab yang luas terhadap Israel.
Hamdan menegaskan, merupakan hak dari kekuatan-kekuatan perlawanan Palestina untuk menanggapi eskalasi militer (dari pihak Israel).
Dalam wawancara dengan surat kabar Palestina yang diterbitkan Minggu (10/11), ia menyebutkan, “Salah satu alasan mengapa Israel telah meningkatkan serangan terhadap Jalur Gaza sekarang karena meningkatnya ketakutan Israel atas perubahan yang terjadi di wilayah ini, dan Israel merasa telah kehilangan lingkungan yang aman yang telah membantunya bertahan selama enam dekade.”
Ia menekankan bahwa perubahan telah datang pada saat gerakan perlawanan telah menjadi lebih kuat.
Dia percaya Israel terpaksa hanya melakukan eskalasi militer terbatas karena ketidakmampuannya membiayai sepenuhnya kegiatan perang, berkaiatan ketidakstabilan di wilayah tersebut dan takut atas reaksi negatif yang jauh dari diperkirakan.
Pejabat senior Hamas itu menegaskan Hamas akan merespon eskalasi Israel terus-menerus. Ia mengatakan: “Tidak akan ada penarikan kembali dalam posisi kami, terutama karena lingkungan umum dalam konteks dari apa yang terjadi di wilayah dan realitas Palestina bahwa semua ini bagian dari kemuliaan, selama kita sabar dan dan mengambil manfaat dari mereka dalam mengelola konflik dengan musuh.”
Tentang kemungkinan Hamas mengambil bagian dalam upaya untuk mencapai gencatan senjata, pada saat Israel telah menyampaikan ancaman berturut-turut akan mengusir Hamas dari kekuasaan, ia mengatakan, “Pembicaraan-pembicaraan akhir Hamas tidak akan membuat kita berdiri pada posisi membela diri. Kami telah melampaui tahap itu, dan Hamas telah menjadi gerakan arus rakyat Palestina. ”
“Pengalaman telah membuktikan bahwa tidak mungkin untuk mengakhiri ide-ide dengan kekerasan. Jika kasusnya semacam itu, Hamas tentu akan menjadi kriminal perang di akhir 2008 dan awal 2009,” katanya, dan mengingatkan, pernyataan-pernyataan Israel adalah bagian dari perang psikologis dan harus dicermati dengan hati-hati.
“Dunia menghormati yang kuat. Jika Anda lemah, Anda akan berakhir dalam kondisi mengemis. Dan orang-orang yang memohon, dapat diberi atau tidak diberi,” katanya. “Jadi, Hamas harus menunjukkan kekuatannya dengan benar-benar agar Anda dapat mencapai tujuan politiknya.”
Dia menegaskan bahwa Hamas telah meminta negara-negara Eropa untuk menekan Israel untuk menghentikan serangannya. “Diskusi kami [dengan Eropa] berkonsentrasi pada pembentukan posisi baru, dengan melihat pengalaman masa lalu dan mempertimbangkan kemunduran-kemunduran dan kekrisisan atas peran Eropa dalam memainkan peran positif dalam persoalan Palestina.”
Ditanya tentang rekonsiliasi Palestina, dia mengatakan: “Kami serius untuk mencapai rekonsiliasi komprehensif, dan kami tidak akan membiarkan tindakan Israel akan mempengaruhi kami … Kami tertarik dalam mencapai rekonsiliasi yang mencakup partisipasi dari semua fraksi tanpa terkecuali.”
Hamdan menunjukkan, Israel ingin menempatkan Hamas di bawah tekanan agar Kepala Otoritas Palestina Mahmoud Abbas tidak disebut pecundang dalam berbagai peristiwa yang terjadi belakangan ini.
Ia mengatakan, Israel ingin melakukan semacam itu dengan menghadirkan Abbas sebagai seorang yang dapat menyelamatkan Gaza dari serangan habis-habisan tersebut, sehingga Hamas tersingkir dalam keterlibatan berkaitan dengan Palestina.
Dia lebih lanjut mengatakan tentang pernyataan terbaru Israel bahwa Mushir Tantawi, komandan Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata yang memerintah Mesir, telah mendukung terowongan Palestina dan rekonsiliasi, sehingga pernyataan-pernyataan Israel dirancang untuk mempengaruhi dia.
“Israel sedang mencoba untuk menekan Mesir untuk menghambat peran positifnya dalam Palestina, karena Israel tahu hal itu akan menjadikannya banyak persamaan. Tapi Mesir lebih besar dan lebih kuat dari semua tekanan.”
Dia menambahkan bahwa Tantawi adalah orang yang memiliki sejarah nasional yang tidak akan “membungkuk” atas tekanan Israel, dan jika hal itu terjadi, akan membangkitan reaksi dari rakyat Mesir dan Palestina.*