KEBANYAKAN masyarakat memandang bahwa status ibu rumah tangga berarti tinggal di dalam rumah, menganggur dan tidak punya kesibukan lain kecuali hanya merawat anak dan suami, mencuci pakaian, menyetrika, mencuci piring, menyapu dan lain-lain. Anggapan saat ini ibu rumah tangga adalah penduduk yang tidak produktif sehingga hal ini menjadi salah satu penyebab kemiskinan yang kian merajalela. Hal tersebut menuntut Pemerintah mengeluarkan sebuah solusi untuk pengentasan kemiskinan yakni program PEP (Pemberdayaan Ekonomi Perempuan) yang bertujuan mengajak para ibu untuk ikut berpartisipasi di sektor publik dalam rangka meningkatkan produktivitas perempuan untuk mengentaskan kemiskinan. Dalam program PEP ini banyak ibu yang tergiur karena bisa menghasilkan uang. Namun mereka tetap harus membagi perhatian mereka untuk usaha yang mereka bangun.
Mari kita lihat benarkah produktif itu itu hanya diperuntukan bagi orang-orang yang menghasilkan uang? Benarkah kemiskinan yang kini tengah merajalela penduduk kita itu, karena perempuan yang sudah berumah tangga dan memiliki anak salah satu biang dari kemiskinan ini ? ataukah sistem yang digunakan bangsa ini yang tidak cocok bagi manusia?
Islam memandang bahwa perempuan yang sudah berumah tangga memiliki kewajiban utama dan penting, yakni sebagai Ibu dan pengurus rumah tangga, Sedangkan ayah berkewajiban mencari nafkah. Maka hal ini lah yang harus diutamakan sebelum perempuan melaksanakan hal-hal yang mubah (bekerja).
Karena Allah swt kelak akan meminta pertanggung jawaban atas kewajiban-kewajiban yang diemban hamba-hambaNya. Islam tidak melarang perempuan ke luar rumah karena banyak kewajiban-kewajiban yang menuntut perempuan ke luar rumah. Beberapa kewajiban tersebut di antaranya adalah menuntut ilmu, berdakwah (amar ma’ruf nahi mungkar), dan lain-lain. Islam pun tidak melarang perempuan terjun ke ranah publik misalnya kegiatan masyarakat yakni usaha pengembangan masyarakat, namun hal ini pun tidak sampai meninggalkan kewajiban utamanya.
Menurut pemahaman saya produktif itu adalah kata-kata yang bisa disandingkan dengan daya guna. Jadi orang-prang yang berproduktif itu adalah oang yang mampu mengoptimalkan kemampuannya baik untuk dirinya, keluarganya, masyarakat dan negara, tidak hanya dilihat dari segi materi saja.
Dalam pengentasan kemiskinan kita harus melihat dari akar permasalahannya, bukan fakta yang menjadi rujukan untuk mencari solusi karena fakta hanyalah efek dari akar permasalahan tersebut. Bahkan kita harus bertanya mengapa negeri yang subur ini menjadi negara miskin (secara logika aneh?) Seharusnya negeri ini setidaknya mampu mensehjahterakan rakyat sendiri.
Mari kita analisis Aturan yang kini di gunakan oleh bangsa ini. Ternyata aturan yang diterapkan adalah aturan yang hanya menjamin kemakmuran individu atau kelompok bukannya memakmurkan masyarakat (Kapitalis Liberal). Sehingga wajar jika masyarakat yang kebanyakan lemah ekonomi, pendidikan dan lain-lain akan tergilas dan semakin terbelakang. Bahkan aturan ini pun menjadikan para penguasa atau elit pemerintahan menjadi sosok yang rakus akan kekuasaan dan harta, bukan sosok yang ingin berusaha menjadikan rakyatnya sejahtera. Mungkin hanya segelintir penguasa yang memiliki niat yang baik dan itupun tereliminir oleh aturan ini.
Jadi penyebab kemiskinan bukanlah sosok ibu rumah tangga yang mengabdi untuk membentuk generasi berkualitas yang kelak menjadi generasi unggul penerus bangsa. Tapi aturan kapitalis liberal (materi yang menjadi tujuan utamanya) yang kini diagung-agungkan yang menyebabkan kemiskinan dan permasalahan–permasalahan yang kini di alami bangsa ini (mis. Korupsi, kejahatan, sampai hilangnya generasi).
Akankah kita mempertahankan sistem ini ataukah kita beralih kepada sistem yang benar? Sistem yang diperuntukan untuk manusia. Sistem yang dibuat oleh Sang Pencipta Manusia yakni sistem Islam. Sistem yang dijanjikan oleh Allah SWT akan menjadi Rahmatan Lil A’lamin bagi seluruh alam.
Wallahu A’lam bi Shawab
Euis Winda
Ds.Mekar Wangi Lembang Bandung
Ibu Rumah Tangga dan seorang Guru