Hidayatullah.com–Israel telah memulai pembangunan penghalang laut yang bertujuan untuk mencegah warga Palestina di Gaza keluar dari wilayahnya dan memasuki “Israel”, Menteri Pertahananan “Israel” Avigdor Lieberman mengatakan.
Penghalang itu, yang terbuat dari tembok laut yang diperkuat dengan kawat berduri, sedang dibangun beberapa kilometer di utara Gaza dan akan selesai pada akhir tahun ini.
“Ini adalah satu-satunya penghalang laut di dunia, yang akan secara efektif memblokir kemungkinan penyusupan ke dalam Israel melalui laut,” Avigdor Lieberman, Menhan “Israel”, mengatakan pada hari Ahad.
“Ini semakin melemahkan Hamas, yang akan kehilangan kemampuan strategis lainnya setelah menginvestasikan sejumlah besar dana dalam pengembangannya.”
Menurut media “Israel”, kementrian pertahanan memerintahkan pembangunan penghalang pasca perang Gaza 2014 dan setelah menemukan bahwa para pejuang Hamas berhasil memasuki “Israel” melalui laut.
Wilayah tepi pantai Palestina itu telah diblokade oleh Israel dan, ke tingkat yang lebih rendah, Mesir sejak 2007 ketika Hamas berhasil menenangkan pemilu.
Selain itu kapal-kapal angkatan laut “Israel” selalu menyulitkan para nelayan Gaza yang memancing di luar batas tertentu, biasanya enam mil atau sekitar 11 km dan seringkali menembaki kapal-kapal nelayan Palestina.
Ketegangan meningkat
Sebuah serangan menarget pos pengawasan pada Ahad menyebabkan setidaknya tiga orang gugur, termasuk dua petempur dari gerakan Jihad Islam.
Menurut kelompok Jihad Islam, dua lelaki tersebut merupakan bagian dari sayap bersenjata mereka, bernama Brigade al-Quds.
Baca: Kejutan-kejutan Hamas yang “Disembunyikan” Media Zionis
Dua orang yang gugur diidentifikasi bernama Hussein al-Amour, 25 tahun, Abdul Haleem al-Naqa, 28 tahun, menurut kementrian kesehatan Palestina. Orang ketiga, Naseem Marwan al-Amour, 25 tahun, gugur setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Sehari sebelumnya, pesawat tempur “Israel” menyerang dua target milik Hamas, meskipun dilaporkan tidak ada korban.
Lebih dari 118 warga Palestina telah terbunuh di Jalur Gaza sejak aksi damai yang meminta hak kembali pengungsi ke Palestina yang terjajah di mulai pada akhir Maret.
Yahiya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza, telah menyerukan demonstrasi massal yang lebih besar pada 5 Juni, bertepatan dengan peringatan berakhirnya Perang Enam Hari 1967, yang menyaksikan Jalur Gaza, Tepi Barat dan Jerusalem Timur dijajah oleh Zionis “Israel”.*/Nashirul Haq AR