Hidayatullah.com–Pemukim Yahudi pada Rabu (10/7) membakar ratusan pohon zaitun di Desa Burin, bagian utara Tepi Barat Sungai Jordan, kata Ghassan Daghlas, seorang pejabat setempat.
Ia mengatakan kepada Kantor Berita Palestina, WAFA, pemukim Yahudi dari permukiman tidak sah Yitzhar menyusup ke pertanian di Desa Burin dan membakar ratusan pohon zaitun di bagian selatan desa itu, yang berada di sebelah selatan Nablus.
Ia mengatakan militer Israel malah menghalangi truk pemadam Palestina untuk sampai ke daerah tersebut guna memadamkan api, yang mengakibatkan kebakaran menyebar dan membuat banyak petani Palestina menderita kerugian besar.
Sekitar 600.000 orang ‘Israel’ menetap di lebih dari 230 pemukiman ilegal sejak Palestina diduduki penjajah tahun 1967 saat Zionis memperluas wilayahnya di Tepi Barat dan Baitul Maqdis Timur.
Sebelum 1948, catatan sejarah menunjukkan, pertanian Palestina dikenal sangat produktif dan bahwa orang Arab-Palestina adalah petani yang sukses.
Sebuah laporan PBB tentang pertanian di Palestina antara 1945 dan 1946 mencatat bahwa tanaman yang ditanam di Palestina menyumbang hampir 80 persen dari total hasil pertanian Palestina pada musim itu, dengan pertanian Palestina menghasilkan lebih dari 244.000 ton sayuran, 73.000 ton buah, 78.000 ton, 78.000 ton zaitun, dan 5 juta liter anggur.
Dua tahun kemudian, ketika mayoritas warga Palestina diusir dari tanah mereka dalam peristiwa “Nakba“, tanah pertanian dan kebun yang sebelumnya mereka rawat ditinggalkan, karena pemiliknya melarikan diri di bawah ancaman milisi Zionis.
Sebagai sejarawan dan jurnalis Israel meron Benvenisti rinci dalam bukunya Sacred Landscape: The Buried History of the Holy Land Since 1948:
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Pada April 1948, para petani Yahudi sudah mulai memanen tanaman yang telah matang di ladang yang telah ditinggalkan dan memetik buah jeruk di kebun Arab. […] pada pertengahan 1949 dua pertiga dari semua tanah yang ditaburkan dengan gandum di ‘Israel’ ditinggalkan oleh tanah Arab,” kutipnya.
Itu pencurian tanah yang sebagian besar bertanggung jawab untuk produksi pertanian di awal Israel, bukan tenaga kerja atau keahlian pertanian pemukim Zionis, katanya*