Hidayatullah.com—Palestina mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan instansi terkait untuk memberikan perlindungan khusus bagi anak-anak di tanah jajahan. Seorang anak Palestina meninggal karena luka-lukanya hampir dua minggu setelah ditembak oleh tentara zionis di dekat kota Jenin di Tepi Barat yang dijajah.
Kementerian Kesehatan Palestina mengidentifikasi anak itu sebagai Mahmoud Khalil Samoudi yang berusia 12 tahun dari desa Yamoun di Jenin, mencatat bahwa dia ditembak di perut. “Sejak awal 2022, ‘Israel’ dengan sengaja membunuh lebih dari 44 anak-anak dan anak di bawah umur di Palestina,” tulis surat kepada PBB.
“Hari ini, Mahmoud Samoudi yang berusia 12 tahun meninggal karena luka-lukanya, setelah pasukan pendudukan ‘Israel’ secara brutal menembaknya di perut 12 hari yang lalu di Jenin,” kata surat tersebut.
Kementerian Kesehatan juga mengatakan, dalam beberapa hari terakhir saja, teroris ‘Israel’ telah membunuh lebih dari lima anak dan remaja Palestina termasuk Adel Adel Daud, 14; Mahdi Ladadwa, 17; Mahmoud Sous, 17; Fayez Khaled Damdoum, 17 dan Ahmad Dragmeh, 19. “Tentara ‘Israel’ sengaja menargetkan tubuh bagian atas mereka, dan menggunakan kebijakan tembak-menembak yang mengakibatkan kematian ratusan anak Palestina.”
“Kejahatan mengerikan ini terjadi beberapa hari setelah pembunuhan Rayan Suleiman yang berusia 7 tahun oleh pasukan pendudukan ‘Israel’,” katanya.
Surat itu menegaskan bahwa ‘Israel’ dengan sengaja menargetkan anak-anak Palestina dengan tujuan membunuh dan melukai mereka, sehingga menyangkal hak mereka untuk hidup.
“Negara Palestina memperingatkan bahwa kejahatan ‘Israel’ yang meningkat dan penargetan yang disengaja terhadap anak-anak akan terus berlanjut jika akuntabilitas tidak dilaksanakan dengan segera dan efektif.”
“Oleh karena itu, Palestina menyerukan kepada Sekretaris Jenderal untuk menempatkan ‘Israel’ pada daftar yang memalukan atas pelanggaran sistematisnya terhadap anak-anak negara ini.”
“Anak-anak Palestina berhak atas hak-hak dasar mereka, perlindungan, kesehatan, martabat dan perdamaian. Mereka juga tidak dikecualikan dari aturan global ini,” katanya.
Kesulitan penduduk
Penduduk Palestina dari kamp pengungsi Shuafat dan kota terdekat Anata, pinggiran Baitul Maqdis (Yerusalem), menghadapi kesulitan yang meningkat setelah otoritas rezim zionis ‘Israel’ memberlakukan pembatasan di daerah tersebut. Tindakan keras itu menyusul insiden penembakan di sebuah pos pemeriksaan tentara ‘Israel’ pada hari Sabtu, di mana satu tentara tewas dan dua penjaga keamanan ‘Israel’ lainnya terluka.
Pada Ahad pagi, pasukan keamanan ‘Israel’ menutup semua pintu masuk ke kamp pengungsi, kota Anata dan pinggiran kota Al-Salam, timur laut Yerusalem. Tentara melakukan penggeledahan dari rumah ke rumah dan menangkap kerabat tersangka yang diduga memimpin serangan tersebut.
Sekolah-sekolah Baitul Maqdis Timur juga ditutup karena pengerahan militer ‘Israel’ setelah malam pertempuran di kamp Shuafat dan kota-kota terdekat. Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan tentara ‘Israel’ mencegah kru ambulans memasuki kamp Shuafat dan Anata.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Penduduk mengatakan tentara memblokir akses ke layanan darurat dan menghentikan staf medis untuk melakukan tugas kemanusiaan mereka. Seorang penduduk kamp Shuafat yang diidentifikasi sebagai Ibrahim Mohammed, 53, menggambarkan situasi kemanusiaan sebagai mengerikan dan tragis kurang dari 24 jam setelah tentara memblokir akses ke situs tersebut.
Dia menggambarkan blokade oleh otoritas militer ‘Israel’ sebagai ‘hukuman kolektif’ bagi 150.000 penduduk kamp dan kota-kota tetangga. Pembatasan tersebut mencegah dokter, pelajar, guru, pedagang dan pekerja kebersihan memasuki atau meninggalkan area tersebut dan menghentikan pasokan barang-barang penting.
Selain itu, angkatan bersenjata ‘Israel’ menggunakan drone pengintai sebagai bagian dari operasi pencarian yang sedang berlangsung. Palestina mengakui penggunaan drone bersenjata oleh militer ‘Israel’ di Tepi Barat adalah perkembangan terbaru dalam serangan mematikannya terhadap para aktivis, seperti yang telah terjadi beberapa kali di Jalur Gaza.*