Hidayatullah.com–Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyah mengatakan ada usaha-usaha untuk mengalihkan konsentrasi perjuangan perlawanan dan Jalur Gaza melawan penjajah zionis, tapi usaha-usaha ini gagal.
Haniyah menegaskan bahwa pemerintahnya tidak pernah memimpin rakyatnya untuk melawan Mesir, atau untuk bermusuhan dengan pemerintah negara manapun, meskipun Gaza sedang menghadapi berbagai tekanan dan kesusahan akibat pengepungan.
Sejak Presiden Mesir Muhammad Mursi dikudeta Juli lalu, kampanye menjelek-jelekkan Gaza dan Hamas di kalangan media massa Mesir meningkat drastis. Bahkan sempat beredar usaha menyeret Mursi ke pengadilan dengan tuduhan “kegiatan mata-mata yang menguntungkan Hamas”.
Dalam sebuah rapat di Majelis Tasyri’ (semacam parlemen) di kota Gaza hari Kamis (5/9) lalu, Haniyah juga membicarakan berbagai langkah yang perlu diambil menghadapi serangan-serangan terhadap Masjidil Aqsha dan warga Palestina yang semakin memprihatinkan.
“Kami memimpin dan memfokuskan perjuangan rakyat kami untuk membebaskan Masjidil Aqsha dan melawan penjajahan,” kata Haniyah seraya menegaskan, “meski harus menghadapi berbagai tekanan, perjuangan perlawanan ini mampu menggagalkan semua makar itu.”
Haniyah juga menyatakan menolak perundingan-perundingan yang sedang dilakukan Otorita Palestina dan pihak penjajah, karena perundingan-perundingan itu menguatkan posisi kegiatan pemukiman ilegal Yahudi di tanah Palestina dan merugikan perjuangan kemerdekaan.
Dalam pertemuan yang sama pemerintah Palestina pimpinan PM Ismail Haniyah secara resmi menolak camput tangan militer Amerika Serikat di Suriah. Ia juga menegaskan bahwa pihaknya tidak mencampuri urusan dalam negeri negara manapun, meskipun menentang rezim-rezim yang melakukan tindak kekerasan berdarah atas rakyatnya sendiri.
“Kita menolak campur tangan militer di Suriah, karena akan mempengaruhi berbagai perkembangan di wilayah (Timur Tengah), dan akan berdampak langsung kepada masalah Palestina,” katanya.* (SA/PIC)